EKBIS.CO, JAKARTA - Usulan penurunan subsidi Solar dari Rp 1.000 per liter menjadi Rp 500 per liter, dinilai akan menghemat uang negara dalam 6 bulan ke depan sebesar Rp 4 triliun. Hal ini menyusul permintaan pemerintah untuk mengurangi besaran subsidi solar untuk sektor yang lebih produktif.
“Subsidi (Solar) kita volumenya 16 juta kL. Artinya kalau disubsidi Rp 16 triliun. Tapi kan sudah jalan 6 bulan, masih ada 6 bulan berikutnya. Jadi masih bisa mengurangi setengah dari sisa Rp 8 triliun yaitu Rp 4 triliun,” ujar Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM IGN Wiratmaja Puja.
Penetapan subsidi Solar Rp 500 per liter, lanjut Wirat, merupakan hasil kalkulasi dengan harga minyak saat ini. Selain itu juga berdasarkan delta positif selama 3 bulan terakhir.
“Beberapa bulan terakhir bisa dibilang kalau harga minyak relatif stabil. Naik sedikit-sedikit,” tambahnya.
Sesuai dengan tren tersebut, pemerintah menilai harga solar dapat dipertahankan hingga akhir tahun. Kecuali apabila terjadi lonjakan harga minyak yang tinggi sekali, misalnya mencapai 65 dolar AS per barel, maka harus dilakukan penyesuaian harga BBM.
Pemerintah sebelumnya sempat meminta agar besaran subsidi turun dari Rp 1.000 per liter menjadi Rp 350 per liter. Namun hal ini tidak disepakati oleh Komisi VII DPR. Namun pengurangan subsidi ini tidak diikuti oleh subsidi listrik di mana besaran subsidi Rp 38 triliun tetap dianggarkan di RAPBN 2016.