Selasa 28 Jun 2016 01:30 WIB

Indonesia Dinilai Harus Berhemat

Red: Yudha Manggala P Putra
Layar monitor menunjukan pergerakan grafik surat utang negara di Delaing Room Treasury (ilustrasi).
Foto:

Dampak goncangan ekonomi tersebut katanya, tentu akan ada proses integrasi di berbagai negara di dunia, dan akan ada proses desintregerasi, melibatkan negara-negara ditempat lain. "Ketegangan Cina pun akan memainkan peranan penting dalam hal ini. Indonesia tidak bisa mengelak apapupun yang akan terjadi pada masa datang, namun tetap berharap berada dalam aman-aman saja, sehingga lebih baik mempersiapkan diri dari sejak dini dari pada tidak melakukan apa apa," katanya.

Artinya dengan menahan laju konsumsi dan banyak menabung mungkin membantu dalam menghadapi hal tersebut, ketika jumlah uang cukup akan banyak membantu dalam menghadapi goncangan ekonomi dalam negara dan kawasan, sebab ekonomi negara dunia tidak berjalan dengan baik pada masa datang.

Kirisis ekonomi yang paling dekat kemungkinan terjadi pada tahun 2018, mengikuti siklus krisis ekonomi sepuluh tahunan, yakni tahun 1998 dan 2008. Cuma episentrumnya belum diketahui berasal di negara mana. Apakah terjadi di Indonesia seperti tahun 1998 atau seperti yang terjadi di Amerika Serikat tahun 2008.

"Kemungkinan yang paling besar terjadi berikutnya adalah di Cina dan diikuti kejatuhan bank Singapura karena kondisi "buble ekonomi" yang siap meletus pada kedua negara tersebut.

Sementara itu Indonesia dengan ketergantungan ekonomi sangat besar terhadap kedua negara tersebut pasti mengalami goncangan, jadi tidak ada salahnya bersiap-siap dari sekrang. Kalaupun jika krisis tersebut tidak terjadi Indonesia mempunyai cadangan uang sebagai bonus dari penghematan yang dilakukan.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement