Senin 01 Aug 2016 10:14 WIB

Gubernur BI Sebut Setiap Negara Bisa Terjebak Lingkaran Setan

Rep: Debbie Sutrisno/ Red: Nidia Zuraya
 Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo (kiri) dan President Federal Reserve Bank of New York William C. Dudley (kanan)  dalam Pertemuan Gubernur Bank Sentral atau Executives' Meeting of East Asia Pacific Central Bank (EMEAP) ke-21 di Nusa Dua, Bali,
Foto: Antara/Sigid Kurniawan
Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo (kiri) dan President Federal Reserve Bank of New York William C. Dudley (kanan) dalam Pertemuan Gubernur Bank Sentral atau Executives' Meeting of East Asia Pacific Central Bank (EMEAP) ke-21 di Nusa Dua, Bali,

EKBIS.CO,  DENPASAR -- Perekonomian global masih mengalami pelemahan beberapa tahun terakhir. Pelemahan ini semakin terlihat dengan kebijakan moneter yang dilakukan sejumlah negara maju. 

Selain itu, keputusan terbaru Inggris untuk meninggalkan Uni Eropa (Brexit) menambah komplikasi lain untuk prospek ekonomi global yang sudah suram. 

Gubernur Bank Indonesia Agus DW Martowardojo mengatakan, kerentanan ekonomi tinggi awalnya ditandai dengan meningkatnya risiko pertumbuhan yang melemah, persoalan perbankan negara maju yang belum terselesaikan, kerapuhan pemerintah di negara berkembang‎, maupun keberadaan likuiditas. 

"Semua ini sangat membutuhkan bauran kebijakan yang lebih seimbang dan kuat," kata Agus Marto dalam pertemuan Executives' Meeting of Asia Pacific Centrals Bank (EMEAP) Governor's Meeting 2106 di Denpasar, Bali, Senin (1/8).

Agus menjelaskan, dalam era baru ketidakpastian politik, terlihat jelas ada hubungan yang kuat antara ketidakpastian polik dan kepercayaan pasar. Untuk itu, dalam era baru ini negara maju dan berkembang perlu memperkuat dasar-dasar sistem keuangan global.

Jika ini hanya diakukan sendiri, menurut Agus, ada kemungkinan setiap negara akan terjebak dalam lingkaran 'setan'. Ketidakpastian kebijakan jelas akan merusak kepercayaan ‎yang berdampak pada melambatnya pertumbuhan ekonomi.

Dinamika ini, lanjut Agus, harus dihadapi dengan membuat kebijakan baru, tidak hanya mengenai bagaiaman secara bersamaan menjaga stabilitas dan menghidupkan kembali perekonomi, tapi juga bagaiamana memperkuat fondasi sistem keuangan global.

"Kita harus melihat lebih dalam dan memperluas batas-batas pemikiran, memelihara, dan menawarkan wawasan baru yang berkaitan dengan tantangan ini, dengan menempatkan negara-negara di Timur dan Barat," kata Agus.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement