Sabtu 06 Aug 2016 15:05 WIB

Stimulus Belanja Pemerintah Diharapkan Picu Sektor Riil

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Dwi Murdaningsih
Ketua Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) Soetrisno Bachir (kanan), Wakil Ketua KEIN Arif Budimanta (tengah) dan Kepala Badan Restorasi Gambut (BRG) Nazir Foead (kiri) bergegas usai mengikuti pelantikan yang dipimpin Presiden Joko Widodo di Istana
Foto: Antara/Widodo S. Jusuf
Ketua Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) Soetrisno Bachir (kanan), Wakil Ketua KEIN Arif Budimanta (tengah) dan Kepala Badan Restorasi Gambut (BRG) Nazir Foead (kiri) bergegas usai mengikuti pelantikan yang dipimpin Presiden Joko Widodo di Istana

EKBIS.CO, JAKARTA -- Komite Ekonomi dan Industri (KEIN) berharap stimulus dari belanja pemerintah bisa memicu pergerakan di sektor riil. Pemerintah juga diharapkan dapat memanfaatkan momentum baik pertumbuhan ekonomi yang mencapai 5,18 persen pada triwulan II-2016.

“Kesempatan ini dapat dijadikan sebagai daya ungkit untuk menuju pertumbuhan yang inklusif,” kata Wakil Ketua KEIN, Arif Budimanta melalui keterangan resminya kepada wartawan, Jumat (5/8).

Hal ini disampaikannya terkait dengan pengumuman Badan Pusat Statistik tentang pertumbuhan ekonomi triwulan II-2016 yang mencapai 5,18 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Salah satu pendorong utamanya adalah pertumbuhan komponen pengeluaran konsumsi pemerintah yang sebesar 6,28 persen. Jika dibandingkan kuartal sebelumnya, komponen belanja pemerintah tersebut mengalami peningkatan 36,16 persen.

Arif mengharapkan agar komponen belanja pemerintah tersebut dapat menjadi stimulus terhadap peningkatan produktivitas. Peningkatan ini terutama pada kinerja industri atau dunia usaha. Dengan demikian mampu mendorong penciptaan lapangan kerja yang dapat dinikmati masyarakat.

Untuk mencapai target tersebut, Arif mengatakan,  pemerintah bisa memperhatikan aspek pengganda (multiplier effect) dalam merealisasikan belanja pemerintah. Pada belanja infrastruktur misalnya, lanjut dia, pengeluaran pemerintah perlu dilibatkan dengan sektor usaha padat karya. Selain itu, memiliki korelasi dengan kebutuhan investasi langsung (direct investment) dan industrialisasi.

“Dengan skenario tersebut, akan semakin banyak menciptakan kesempatan kerja,” katanya. Kondisi ini akan sangat membantu meningkatkan konsumsi masyarakat. Sebab, ini menjadi faktor penting untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan ketahanan sosial masyarakat melalui daya beli yang baik.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement