EKBIS.CO, JAKARTA -- Kementerian Perindustrian mengarahkan pengembangan industri pulp dan kertas melalui pendekatan klaster industri. Pendekatan yang dilakukan yakni pengembangan industri kertas difokuskan di Pulau Jawa dan industri pulp di Sumatra, Kalimantan, dan Papua.
Dirjen Industri Agro Kementerian Perindustrian Panggah Susanto mengatakan, pemerintah juga mendorong pengembangan industri pulp yang terpadu dengan Hutan Tanaman Industri terutama diarahkan ke kawasan timur Indonesia. Apalagi, di wilayah tersebut areal lahan atau hutan masih cukup luas sebagai sumber bahan baku sehingga memiliki keunggulan komparatif.
"Di samping itu pemerintah juga memberikan insentif melalui tax holiday, tax allowance, pemberian harga gas tertentu, peningkatan pemanfaatan bahan baku non kayu, dan peningkatan efisiensi produksi," ujar Panggah dalam keterangan tertulisnya, Senin (22/8).
Panggah menjelaskan, Indonesia memiliki peluang besar untuk pengembangan industri pulp dan kertas karena didukung potensi pasar yang besar di dalam negeri maupun di dunia. Indonesia juga memiliki ketersediaan bahan baku alternatif terutama tandan kosong kelapa sawit dan batang pisang hutan. Tak hanya itu, penguasaan teknologi serta ketersediaan sumber daya manusia di industri pulp dan kertas di Indonesia dinilai sudah kompetitif.
Pada 2015, kapasitas terpasang industri pulp dan kertas masing-masing sebesar 7,9 juta ton dan 12,9 juta ton per tahun. Realisasi produksi pulp dan kertas masing-masing sebesar 6,4 juta ton dan 10,4 juta ton per tahun. Sedangkan, ekspornya sebesar 3,7 juta ton untuk pulp dan 4,26 juta ton untuk kertas. Indonesia merupakan salah satu produsen pulp dan kertas terkemuka di dunia, bahkan di Asia Tenggara menempati peringkat pertama.
Saat ini kebutuhan kertas dunia sekitar 394 juta ton dan diperkirakan akan meningkat menjadi 490 juta ton pada 2020. Kebutuhan kertas di dunia diperkirakan akan tumbuh sebesar rata-rata 2,1 persen per tahun. Di pasar negara-negara berkembang diperkirakan akan tumbuh rata-rata sebesar 4,1 persen per tahun dan pasar negara maju sebesar 0,5 peren per tahun.