EKBIS.CO, JAKARTA -- Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian Panggah Susanto mengatakan, pertumbuhan industri serat rayon sangat penting untuk memperkuat struktur dan daya saing industri tekstil. Saat ini rayon sudah diproduksi di Indonesia dengan kapasitas 600 ribu ton, namun bahan bakunya yang berupa staple fiber masih impor dari India. Kapasitas produksi tersebut akan ditambah dengan adanya investasi baru.
Indonesia akan mendapatkan tambahan pasokan serat rayon melalui investasi dari PT Sateri Viscose Internasional (SVI) yang merupakan anak usaha Grup APRIL. Panggah mengatakan, investasi PT SVI mencapai Rp 15 triliun dan saat ini sedang dalam tahap konstruksi di daerah Pelalawan, Riau. Dengan investasi baru tersebut, maka akan ada tambahan serat rayon sebesar 350 ribu ton. PT SVI ini memproduksi dari hulu, jadi mulai dari hutan tanaman industri yang diolah menjadi dissolving pulp kemudian serat rayon.
"Jadi nanti terintegrasi. Ini bagus sekali karena selain akan memperkuat struktur industri tekstil, bisa diekspor juga," kata Panggah di Jakarta, Kamis (25/8).
Panggah menjelaskan, produksi serat rayon PT SVI cukup unik karena menggunakan bahan baku dari kayu akasia sedangkan negara lain menggunakan kayu pinus serat panjang. Menurutnya, kayu akasia sangat bagus tumbuh di Indonesia terutama di lahan gambut. Pemerintah mendorong agar pembangunan pabrik tersebut dipercepat untuk memperkuat struktur industri tekstil.
Saat ini, pembangunan pabrik masih mengalami hambatan perizinan Amdal karena belum selesainya Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) Riau.
Sementara itu, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan, pertambahan investasi serat rayon tersebut merupakan upaya untuk subtitusi industri. Apalagi Indonesia tidak punya bahan baku kapas yang nantinya dapat diolah menjadi tekstil.