EKBIS.CO, JAKARTA -- Kementerian BUMN menargetkan maskapai penerbangan PT Merpati Nusantara Airlines (Persero) akan kembali beroperasi secara penuh pada tahun 2017 seiring dengan tuntasnya restrukturisasi usaha yang dijalankan perseroan.
"Kita berharap 2017 sudah bisa terbang, dengan syarat dalam sisa waktu satu tahun ini sudah mendapat izin privatisasi dari Kementerian Keuangan dan mendapatkan investor yang bersedia masuk ke Merpati," kata Deputi Bidang Restrukturisasi dan Pengembangan Usaha, Kementerian BUMN Aloysius K. Ro, di sela penandatanganan kerja sama operasional Garuda Maintenance Facility (GMF) dan Merpati Maintenance Facility (MMF), di Jakarta, Selasa.
Menurut Aloysius, sejak berhenti beroperasi pada Februari 2014, saat ini proses restrukturisasi Merpati sedang berlangsung, mulai penyelesaian merumahkan sekitar 1.500 karyawan.
Bersamaan dengan itu, Pemerintah sebelumnya juga memberi suntikan dana dalam bentuk Penyertaan Modal Negara (PMN) untuk menuntaskan restrukturisasi usaha sekitar Rp 400 miliar.
Salah satu program konkret yang dilakukan saat ini adalah menggalang sinergi Garuda Indonesia dengan Merpati untuk melakukan kerja sama operasional antara Garuda Maintenance Facility (GMF) dan Merpati Maintenance Facility (MMF).
"Ini langkah besar, MMF dikelola oleh GMF, untuk meningkatkan kapasitas bisnis perawatan pesawat di dalam negeri," katanya.
Sedangkan langkah terakhir, selain menuntaskan utang perusahaan juga dibutuhkan investor yang bersedia menjadi pemodal Merpati.
"Tidak mudah mencari investor untuk masuk ke dalam bisnis penerbangan dalam keadaan normal, apalagi dalam kondisi terpuruk seperti Merpati," ujarnya.
Meski begitu, ia optimistis pemegang saham mampu mencari investor karena Merpati masih memiliki kapasitas dan volume usaha yang bisa ditawarkan kepada pemilik modal.
"Saat ini setidaknya sekitar 600-700 rute penerbangan belum terisi oleh maskapai yang ada saat ini, sehingga masih punya peluang pasar yang begitu luas. Hanya saja Merpati belum mendapat kesempatan pihak yang mampu membawa uang segar untuk menutupi defisit Merpati," ujarnya.