Tak hanya pasar berkembang, Jameel mengatakan, mata uang berkembang pun berpotensi merosot tajam. "Ini kabar buruk bagi pasar berkembang, selain rentan menjadi korban arus keluar kas tiba-tiba, anjloknya pasar saham global juga akan memicu penghindaran risiko yang menyebabkan investor menjauhi pasar berkembang," paparnya.
Sementara dari sisi kurs dolar AS, menurut Jameel, kenaikan suku bunga AS menjadi momentum bagi investor memborong dolar AS. Ini dikarenakan, ekspektasi pasar terkait peningkatan suku bunga AS saat ini sekitar 15 persen dan indeks dolar sedikit di bawah 96.
Apabila dolar AS semakin menguat, investor akan menjual emas yang telah dua kali mendekati batas bawah psikologisnya di level 1.300 dolar AS bulan ini. "Apabila emas merosot di bawah 1.300 dolar AS, saya menduga investor akan berbondong-bondong memasuki posisi jual sehingga terjadi momentum jual besar-besaran di seluruh komoditas logam mulia," ujar Jameel.
Selain menekan harga logam mulai, menguatnya dolar AS ini juga akan menekan sejumlah mata uang utama seperti euro dan poundsterling.