EKBIS.CO, NEW YORK — Indonesia telah melakukan berbagai terobosan untuk menghentikan asap kebakaran hutan dan lahan gambut termasuk menggaet donor dan investor asal luar negeri. Mereka akan mendukung upaya Indonesia mencapai target yang telah ditetapkan dan mendukung usaha-usaha yang memerlukan investasi pada 2017.
Lembaga donor swasta tengah mencari peluang untuk mendanai pengawasan dan peningkatan kapasitas untuk memastikan keutuhan ekologis dalam area-area bernilai konservasi tinggi. Kepala Badan Restorasi Gambut (BRG) Nazir Foead mengatakan, lembaga itu kemungkinan George Soros, Hewlett Foundation, IKEA Foundation, Packard Foundation / Climateand Land Use Alliance (Packard dan CLUA) sudah berkomitmen 15 juta dolar AS yang tertuang dalam Memorandum of Understanding dengan BRG.
Sementara itu investor swasta yang mencari peluang investasi melalui percontohan pendanaan investasi karbon. Investor swasta itu kemungkinan Packard Foundation, MacArthur Foundation, Goldman Sachs, Tom Steyer, dan Good Energies Foundation. Sementara itu untuk pemerintah yakni Norwegia saat ini tengah mempertimbangkan cara membantu Indonesia mencapai target yang telah ditetapkan dan mendapatkan pembayaran komitmen 1 miliar dolar AS. Caranya yakni melalui proteksi gambut dan atau menawarkan pendanaan baru khusus untuk restorasi dan konservasi lahan gambut sebagai bentuk respon kemajuan dalam masalah ini.
Pemerintah Amerika Serikat juga sedang menjajaki peluang untuk memberikan jaminan pinjaman dari (USAID/OPIC) untuk mengurangi risiko investasi. Sejauh ini AS, Indonesia, Jerman dan Norwegia mendesak Green Climate Fund agar memprioritaskan pendanaan untuk upaya restorasi gambut ini.
BRG yang bertugas memulihkan dua hektare lahan gambut yang rusak ini didirikan pada Januari 2016. Indonesia juga menerbitkan kebijakan moratorium pembukaan lahan gambut, dan moratorium pembukaan hutan dan lahan gambut terutama terkait konsesi penanaman kelapa sawit baru dan pertambangan.
Bank Dunia memperkirakan Indonesia menanggung kerugian sekitar 16,1 miliar dolar AS atau sekitar Rp 221 triliun akibat kebakaran 2015 lalu. Telah dikalkulasikan pula bahwa apabila seluruh area yang terbakar tersebut jika dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit, nilainya hanya sekitar 8 miliar dolar AS. Kepala BRG mengatakan restorasi lahan gambut akan membuat jutaan orang terbebas dari gangguan pernapasan serta mencegah kerugian ekonomi dan penanggulangan bencana sejumlah ratusan trilliun rupiah. Di samping itu, restorasi ekonomi akan mencegah dilepaskannya 1,7 gigaton emisi karbon sebagaimana terjadi 2015 lalu.
"Transformasi cara pengelolaan gambut adalah sebuah keharusan. Usaha pengelolaan gambut yang bergantung pada pengeringan lahan gambut harus kita hentikan. Usaha- usaha semacam ini tentu didorong oleh permintaan pasar. Oleh karena itu restorasi lahan gambut merupakan upaya kolaboratif, " katanya melalui siaran yang diterima Republika.co.id, Kamis (22/9).
Para pejabat pemerintah Indonesia bertemu dengan para pendonor dan investor di New York City untuk membahas target-target yang ditetapkan dan memetakan langkah untuk mencapai target restorasi gambut di Indonesia. “Semua pendanaan akan diintegrasikan dalam agenda restorasi gambut pemerintah, termasuk potensi investasi bersama antara pendonor dan BRG,” kata Nazir.
Dalam hal peluang ke depan, ia melanjutkan, Indonesia dan pendonor juga membahas bagaimana meningkatkan investasi di bidang konsesi restorasi ekosistem untuk memulihkan dan melindungi ekosistem yang rusak di luar konsesi yang ada. “Terakhir namun teramat penting, investor didorong untuk mendukung masyarakat setempat dalam merestorasi lahan gambut dengan mengembangkan sistem pertanian terpadu lengkap dengan rantai pasokan yang cukup untuk menjangkau pasar setempat maupun global,” kata Nazir.