Jumat 14 Oct 2016 03:12 WIB

Jelang ABIF 2020, OJK Ajukan Kerja Sama Bilateral Perbankan

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Budi Raharjo
Muliaman D Hadad
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Muliaman D Hadad

EKBIS.CO, JAKARTA -- ASEAN Banking Integration Framework (ABIF) akan mulai berlaku pada 2020. Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Muliaman D Hadad menilai, sebelum integrasi tersebut, pemerintah dan regulator terkait harus melakukan langkah awal dengan kerjavsama bilateral agar perbankan nasional siap dalam menghadapi 2020.

"Sebelum waktu itu, tidak tertutup kemungkinan bagi masing-masing negara memulai walau hanya dengan satu atau dua negara tapi sesuai dengan framework yang akan dicapai pada 2020,"ujar Muliaman dalam diskusi Persiapan SDM Perbankan Indonesia dalam ASEAN Financial Services and Banking Integration 2020 di Jakarta, Kamis (13/10).

Muliaman mengungkapkan, untuk itu pihaknya telah melakukan beberapa diskusi bilateral terkait integrasi perbankan se-ASEAN itu. Seperti kesepakatan bilateral dengan bank sentral Malaysia beberapa waktu lalu. Menurutnya, langkah bilateral ini dimaksudkan agar perbankan tidak kaget saat memasuki 2020.

"Kita jadi negara pertama yang lakukan langkah lanjut, yang lakukan kesepakatan bilateral dengan Malaysia. Langkah bilateral ini didorong agar tidak nanti di 2020 dipaksakan. Tapi karena bilateral sudah ada, jadi tahun 2020 akan lebih mudah, karena semangatnya menuju itu," jelas Muliaman.

Kerja sama ini merupakan resiprokal (azas timbal balik), yakni perbankan Malaysia dapat membuka anak perusahaan bank (subsidiary bank) di Indonesia apabila perbankan Indonesia mau membuka cabang di negara tersebut. Jumlah bank pun diharuskan sama. "Baru Bank Mandiri yang tertarik," imbuhnya.

Selain Malaysia, OJK juga menjajaki kerja sama bilateral dengan Thailand, Singapura, Myanmar, dan Kamboja. Namun hingga saat ini, kerja sama yang mungkin akan terjalin dalam waktu dekat adalah Thailand karena telah melakukan 2-3 kali pertemuan untuk menyepakati syarat-syarat.

Kerja sama dengan Thailand, kata Muliaman, dinilai penting, karena menjadi batu loncatan untuk masuk Kamboja, Vietnam, Laos dan Myanmar. Sebab, agak sulit kalau melakukan ekspansi ke negara-negara tersebut secara langsung. "Basis Bangkok itu jadi penting untuk loncatan ke negara tetangganya, karena bisnis Bangkok dengan negara tetangganya sangat dominan. Saya usahakan tahun ini (kerja samanya disepakati),"katanya.

Hingga saat ini, kerja sama bilateral perbankan yang terjalin baru dengan Bank Negara Malaysia. Beberapa waktu lalu, bank sentral Malaysia tersebut mengajukan izin ke OJK untuk membuka subsidiary bank ke tiga di Indonesia setelah CIMB Niaga dan Maybank. Kerja sama dengan azas resiprokal ini, menurut Muliaman merupakan salah satu cara agar industri perbankan di Indonesia tidak terkena ekspansi bank asing.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement