Jumat 14 Oct 2016 08:18 WIB

Generasi Muda Jabar Masih Enggan Jadi Peternak Sapi Perah

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Nur Aini
Ilustrasi peternakan sapi perah.
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Ilustrasi peternakan sapi perah.

EKBIS.CO, BANDUNG -- Peternak sapi perah, saat ini kesulitan melakukan regenerasi. Menurut Ketua gabungan koperasi susu Indonesia (GKSI), Dedi Setiadi, saat ini 60 persen peternak sapi perah di Indonesia adalah orang tua atau berusia 46 tahun ke atas.

"Kami kesulitan regenerasi, padahal peternak muda sangat dibutuhkan," ujar Dedi kepada wartawan di acara Young Farmers Academy 2016 sebagai solusi masalah Regenerasi Peternak Pertama di Indonesia, Kamis (13/10).

Menurut Dedi, jumlah anggota GKSI seIndonesia ada 97 koperasi. Sekitar 22 koperasi, ada di Jabar. Khusus di Jabar anggota koperasi sudah mencapai, 20 ribu anggota. Produksi susu secara nasional, mencapai 1,4 juta liter per hari. Sedangkan di Jabar, produksinya 420 ton. "Regenerasi memang sulit, acara ini mudah-mudahan akan menjadi jalan untuk memotivasi generasi muda jadi peternak," katanya.

Selain sulit regenerasi, kata dia, peternak yang ada saat ini pun masih peternak tradisional. Padahal, dengan cara tradisional mereka harus memerah dengan tangan jadi susah dan tak bisa kemana-mana. "Baru satu persen yang sudah modern dengan mesin. Sisanya, masih dengan tangan," katanya.

GKSI, kata dia, saat ini memiliki program untuk membantu peternak yakni, dengan memberikan pinjaman untuk membeli mesin pemerah susu tanpa bunga. Harga mesin perah tersebut, sebesar Rp 17 juta per mesin perah yang berasal dari Turki, Jerman, dan Belanda. Namun, saat ini mesin produksi nasional sebenarnya sudah ada.

"Kami memprioritaskan peternak yang punya sapi lebih dari 10 ekor karena meraka sangat membutuhkan," katanya.

Dedi mengatakan, ada satu peternakan di Subang yang sudah modern. Karena sudah menerapkan teknologi secara penuh. Jumlah peternaknya, ada 10 peternak dengan 100 sapi. Karena menggunakan teknologi, bisa menghasilkan 2.000 liter susu perhari.

"Susu yang dihasilkan kalau menggunakan teknologi modern bisa lebih higenis dan produksinya tinggi," katanya.  

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement