EKBIS.CO, CHICAGO -- Emas berjangka di divisi COMEX New York Mercantile Exchange berakhir turun tajam pada Senin (7/11) atau Selasa (8/11) pagi WIB, setelah Biro Investigasi Federal AS (FBI) membebaskan calon presiden AS Hillary Clinton dari dugaan pembocoran informasi rahasia pemerintah.
Direktur FBI James Comey, lewat surat yang ditujukan kepada parlemen AS, menyatakan tidak ada pelanggaran pidana yang berhubungan dengan surat-surat elektroniknya, saat Clinton menjabat Menteri Luar Negeri (Menlu) AS.
Kontrak emas yang paling aktif untuk pengiriman Desember turun tajam 25,1 dolar AS, atau 1,92 persen, menjadi menetap di 1.279,40 dolar AS per ounce.
Semua fokus pada pemilihan presiden AS, tapi ketakutan investor mereda atas kemungkinan calon presiden AS Donald Trump memenangkan pemilu AS. Banyak yang percaya bahwa jika terpilih, Trump akan melakukan negosiasi ulang atau menghapuskan kesepakatan perdagangan AS, secara drastis mendestabilisasi pasar, yang menggabungkan angka-angka kesepakatan perdagangan itu menjadi model-model algoritma perdagangan dan penilaian.
Banyak analis percaya bahwa jika kesepakatan mereka tiba-tiba dikoyak, model-model akan tidak lagi dapat diandalkan dan sebagai akibatnya pasar akan menyesuaikan. Sampai minggu terakhir sebelum pemilu, para analis yakin bahwa mantan Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton adalah yang paling mungkin untuk dipilih.
Namun dalam beberapa hari terakhir keyakinan itu terguncang karena FBI AS mengumumkan telah menemukan bukti baru dalam penyelidikan akun surat-surat eltroniknya baru-baru ini, mendestabilisasi pasar dan mendorong harga emas naik.
Emas diletakkan di bawah tekanan lebih lanjut karena indeks dolar AS naik 0,37 persen menjadi 97,71 pada pukul 19.30 GMT. Indeks adalah ukuran dari dolar AS terhadap sekeranjang mata uang utama. Emas dan dolar AS biasanya bergerak berlawanan arah, yang berarti jika dolar AS naik maka emas berjangka akan jatuh karena emas yang diukur dengan dolar AS menjadi lebih mahal bagi investor.