Senin 28 Nov 2016 11:38 WIB

Meraup Untung dari Pusat Kuliner Unggulan Indonesia di Kota Melbourne

Red: Nidia Zuraya
Restoran Jokamz menyajikan menu Indonesia khas Indonesia di Melbourne, Australia.
Foto: pixabay
Kota Melbourne, Australia.

Sebenarnya, Soenan datang ke Melbourne untuk kuliah di Universitas Central Queensland  (CQU) selepas lulus dari Universitas Padjadjaran, Bandung pada 1999. Untuk membiayai kuliah dan biaya hidup, Soenan pun berbisnis jasa kurir. 

Soenan mulai berbisnis secara profesional sejak 2002. Dia membuat sebuah perusahaan bernama DUIT Enterprises. DUIT merupakan singkatan dari doa, usaha, iman, dan tawakal. Menurut dia, filosofi dari nama tersebut yakni harus membantu orang kalau mau dibantu Allah SWT.

Filosofi tersebut memiliki benang merah dengan usaha logistik yang dimiliki Soenan. Perusahaannya melayani usaha jasa kurir dan logistik untuk melayani pengusaha-pengusaha kecil di sekitar Melbourne. Dengan kerja keras, Soenan mendapatkan kepercayaan dari para pelanggannya.

Dia pun berteman dengan para pengusaha dari berbagai etnik dan agama. Sebagai Muslim, Soenan pun bertekad menunjukkan kinerja terbaik kepada para pelanggannya. Saat ini, kata dia, DUIT pun sudah menghasilkan omzet senilai 500 ribu dolar Australia atau Rp 5 miliar setiap tahun.

Usaha logistiknya yang kian mapan membuat Soenan ingin mencoba tantangan baru. Pada 2014, Soenan memutuskan untuk membeli tempat sebuah resto yang juga berasal dari Indonesia untuk dijadikan rumah makan dengan menu Nusantara. Tempatnya yang relatif dekat dengan Universitas Melbourne membuat Soenan optimistis, restonya bisa diterima warga sekitar dan orang Indonesia. 

Untuk menjalankan bisnis makanan, Soenan menjelaskan, dia butuh empat fase untuk sampai meraup laba. Pertama adalah rugi. Dia menjelaskan, butuh banyak biaya bagi sebuah resto dengan brand baru untuk buka pada dua tahun pertama, sehingga menimbulkan kerugian. Namun, kata dia, pengusaha harus punya target berapa rugi yang akan dihasilkan. 

Berikutnya, kata dia, mengurangi kerugian. Setelah dua tahun tersebut, kata Soenan, pengusaha akan belajar sehingga tidak jatuh ke lubang yang sama sehingga rugi perlahan akan ditinggalkan. "Karena itu grafik pendapatan akan mulai naik meski belum menutupi rugi," kata dia. 

Berikutnya, sebuah usaha akan mendapatkan modalnya kembali ke fase ketiga. Di fase terakhir, dia menjelaskan, pengusaha bisa mulai menikmati untung dari usaha yang sudah dijalankannya. "Alhamdulillah, kita sekarang berada di titik lost yang berkurang, sedangkan grafik pendapatan naik," katanya menambahkan. 

Soenan menjelaskan, Jokamz saat ini bisa mendapatkan omzet 500 hingga 1.100 dolar Australia per hari, dengan grafik yang terus meningkat. Meski demikian, dia mengaku, Jokamz masih harus disubsidi dari perusahaan induknya yakni DUIT. Soenan pun bertekad kelak Jokamz bisa lebih maju dari perusahaan induknya tersebut. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement
Advertisement
Advertisement