Kamis 08 Dec 2016 04:49 WIB

Prognosa Bulog Indramayu Capai 107 Persen

Rep: lilis handayani/ Red: Budi Raharjo
Seorang Petani, Gofur (55) menunjukan pipa air yang kosong disawahnya kawasan Kopyak, Indramayu, Selasa (26/8). (Republika/Raisan Al Farisi)
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Seorang Petani, Gofur (55) menunjukan pipa air yang kosong disawahnya kawasan Kopyak, Indramayu, Selasa (26/8). (Republika/Raisan Al Farisi)

EKBIS.CO,   INDRAMAYU -- Memasuki akhir 2016, target prognosa Sub Divre Bulog Indramayu telah tercapai. Movnas dan movreg ke berbagai daerah pun terus dilakukan.

 

Wakil Kepala Sub Divre Bulog Indramayu, Yunus Usman menyebutkan, target prognosa yang ditetapkan untuk Bulog Indramayu pada tahun ini mencapai 93 ribu ton setara beras. Dari jumlah tersebut, saat ini sudah tercapai 97 ribu ton setara beras.  "Sudah tercapai 107 persen dari target. Jadi sudah lebih," ujar Yunus, Rabu (7/12).

 

Meski penyerapan sudah melebihi target, namun penyerapan yang dilakukan Sub Divre Bulog Indramayu masih tetap jalan. Saat ini, rata-rata penyerapan mencapai 100 – 200 ton per hari.  Yunus menyatakan, untuk melakukan penyerapan, Bulog Indramayu memiliki 27 mitra kerja dan enam unit satker. Setiap hari, para mitra kerja dan satker terus bergerak melakukan penyerapan di lapangan.

 

Yunus menambahkan, Sub Divre Bulog Indramayu pun telah melakukan movnas maupun movreg. Untuk movnas, dilakukan ke Kalimantan Selatan, Aceh, Sumatera Utara dan DKI Jakarta.  Sedangkan movreg, dilakukan ke Cianjur, Bandung, Ciamis.  "Untuk movnas dan movreg, kami kirimkan 29.750 ton beras," terang Yunus.

 

Wakil Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Indramayu, Sutatang, saat dimintai tanggapannya, mengakui pencapaian target penyerapan oleh Bulog Indramayu tak lepas dari meningkatnya produksi padi milik petani. Dia menyebutkan, produksi panen gadu I di Kabupaten Indramayu rata-rata mencapai 6,7 ton per hektare.

 

Sedangkan luas tanam gadu I sekitar 105 ribu hektare. Luas itu masih bertambah dengan adanya petani yang melakukan tanam gadu II. "Ada beberapa faktor yang menyebabkan meningkatnya produksi padi petani pada musim gadu (kemarau)  ini," kata Sutatang.

 

Adapun faktor itu, di antaranya fenomena La Nina di musim kemarau yang membuat ketersediaan air di lahan pertanian jadi tercukupi. Padahal, biasanya musim tanam gadu selalu terkendala kurangnya pasokan air.

 

Selain itu, tambah Sutatang, serangan hama selama musim tanam hingga panen gadu juga relatif tidak banyak. Karenanya, tanaman padi terselamatkan dari serangan hama dan bisa berproduksi maksimal. Untuk harga gabah kering panen (GKP), harganya Rp 4.200 per kg dan gabah kering giling (GKG) seharga Rp 5.300 per kg di tingkat petani. Sementara beras di tingkat petani, sekitar Rp 8.000 per kg.

 

Harga-harga itu lebih tinggi dibandingkan harga pembelian pemerintah (HPP). Untuk GKP, HPP-nya seharga Rp 3.700 per kg, GKG Rp 4.600 per kg dan beras Rp 7.300 per kg.

 

Sutatang menyatakan, meski harga gabah dan beras hasil panen gadu lebih tinggi dibandingkan HPP, namun para mitra kerja Bulog tetap bisa melakukan pengadaan ke Bulog. Caranya, mereka memasukkan beras hasil panen rendeng (hujan) 2015/2016 yang seharga Rp 7.300 per kg di tingkat petani. "Jadi mitra kerja tidak mengalami kerugian dan tetap bisa memenuhi kontrak dengan Bulog," tandas Sutatang.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement