EKBIS.CO, JAKARTA -- Tahun 2017 diproyeksikan sebagai tahun rebound, artinya ekonomi Indonesia akan mulai mengalami peningkatan walaupun secara perlahan. Harapan ini datang dari suksesnya program tax amnesty serta fokus pemerintah dalam regulasi ekonomi dan pembangunan infrastruktur.
Pertumbuhan ekonomi tahun 2016 disepakati ada di level 5 persen-5,1 persen. Memang menurun dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, namun jika dibandingkan secara global, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini adalah yang terbaik ketiga di seluruh dunia.
Untuk tahun 2017, pertumbuhan ekonomi diproyeksikan di level 5,3 persen, dengan inflasi akan menyentuh level 4 persen di akhir tahun, suku bunga (BI 7-Day Repo Rate di 4,75 persen) dan kurs Rp di 13.300 per dolar AS. Hal itu diungkapkan Direktur Group Resiko Perekonomian dan Sistem Keuangan Lembaga Penjaminan Simpanan (LPS) Moch. Doddy Ariefianto dalam diskusi forum Kafe BCA serial keempat dengan tema 'Economic Outlook 2017' yang digelar PT Bank Central Asia Tbk (BCA) di Menara BCA, Jakarta beberapa waktu lalu.
Di sisi lain kiprah industri perbankan terhadap pertumbuhan ekonomi 2017, sambung Dody, dilihat dari dua sisi, yakni risiko likuiditasnya dan risiko pengelolaan kredit. Menurutnya jika kedua hal itu tergoncang, maka akan membuat kinerja suatu bank menurun drastis.
“Kalau kredit macet (Non Performing Loan/NPL) masih bisa stabil," katanya.
Untuk memperkuat fondasi perekonomian domestik, lanjut Dody, Indonesia juga harus fokus membenahi industri nasional, sehingga ketergantungan pada asing semakin berkurang. Sejauh ini, langkah pemerintah sudah berada dalam jalur yang benar dalam usaha memperkuat fondasi perekonomian.
Salah satu rangkaian kebijakan besar yang dilakukan pemerintahan adalah mengeluarkan paket kebijakan ekonomi dari jilid 1 hingga 14. Paket-paket kebijakan tersebut bertujuan untuk memperbaiki iklim bisnis di dalam negeri, mulai dari kemudahan izin berinvestasi hingga kepastian hukum dalam menjalankan usaha.
Disamping itu pemerintah juga gencar membangun infrastruktur. Pada tahun 2015, anggaran infrastruktur mencapai Rp 290 triliun, sedangkan pada 2016, angkanya ditinggikan lagi menjadi Rp 313 triliun. Hal ini dilakukan karena Indonesia memang sangat membutuhkan infrastruktur untuk mengurangi biaya logistik, mengurangi kesenjangan antar-daerah, menciptakan kantong-kantong ekonomi baru, dan mempercepat pertumbuhan ekonomi.
Selain Dody, hadir pula sebagai pembicara Ketua Bidang Organisasi dan Keanggotaan Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Anggawira. Angga mengatakan Indonesia membutuhkan banyak wirausahawan muda jika ingin mencapai 6 persen pertumbuhan ekonominya. Saat ini, jumlah pengusaha di Indonesia baru sekitar 20 persen.
Ia juga berharap nantinya banyak anak muda yang setelah lulus kuliah mau kembali ke kampung halamannya atau terjun ke desa-desa turut mengembangkan potensi ekonomi daerah berbasis sumber daya alam (SDA). Hal ini berkaca pada ketergantungan Indonesia terhadap barang komoditas.
Kedepannya diharapkan Indonesia tidak hanya bergantung dari penerimaan ekspor barang komoditas, namun juga penerimaan dari ekspor barang olahan. "Kami mendorong anak muda untuk melirik bisnis di sektor maritim dan argo industri," kata dia.
Selain itu, sektor pariwisata juga bisa dilirik pada tahun depan karena pemerintah saat ini gencar mendorong jumlah wisatawan yang ditargetkan bisa mencapai 20 juta orang di 2019. "Industri ini dinilai akan terus bergerak tiap tahun dengan menghadirkan peluang yang menjanjikan,” ujarnya.
Sementara Corporate Secretary BCA Jan Hendra mengatakan, BCA menyadari pentingnya mendukung pertumbuhan ekonomi nasional dengan cara meningkatkan berbagai layanan dan solusi perbankan agar kebutuhan masyarakat yang makin spesifik dan beragam terkait transaksi keuangan dapat terpenuhi. “Semakin masyarakat mempercayai perbankan, semakin positif dampaknya untuk perekonomian nasional," kata dia.
Jan menambahkan, tantangan terhadap perekonomian nasional terutama dalam kaitannya dengan perlambatan ekonomi dunia memang masih membayang di tahun depan. Namun, beberapa sektor di dalam negeri diprediksi bakal tetap bertumbuh. Sektor-sektor itu terutama bertumpu pada belanja rumah tangga, manufaktur, infrastruktur, pariwisata dan industri kreatif, serta perdagangan berbasis online. "Kami siap memperkuat fundamental ekonomi dalam negeri melalui peran perbankan," tegasnya.
Kafe BCA merupakan forum berbagi insight dan pemahaman akan pelaksanaan service excellence di BCA yang merupakan bagian dari Semua Beres Campaign. Kafe BCA sudah secara konsisten membahas berbagai tema aktual dalam rangka memberikan nilai tambah bagi masyarakat.
"Melalui forum Kafe BCA kali ini, kami menyadari pentingnya berbagi optimisme dalam memberikan sentimen positif bagi pertumbuhan ekonomi tahun depan. Kami berharap masyarakat ikut memberikan sumbangsih bagi pertumbuhan ekonomi yang bermanfaat bagi banyak orang,” ucap Jan.
ADV