EKBIS.CO, JAKARTA -- Pemerintah dan Bank Indonesia (BI) diyakini dapat mengendalikan inflasi pada akhir tahun 2016. Diperkirakan inflasi pada Desember 2016 merupakan terendah selama tujuh tahun sehingga inflasi akan berada di kisaran bawah target BI yang sebesar empat persen plus minus satu persen.
Umumnya momen Natal dan Tahun baru secara tren mendongkrak harga-harga di pasaran, terutama harga bahan makanan yang dapat memicu peningkatan inflasi. Namun, inflasi akhir tahun ini diperkirakan lebih rendah dari ekspektasi.
"Di bawah rata-rata normal Desember yang biasanya di atas 0,40 persen. Perkiraan inflasi Desember 0,15-0,25 persen (month to month)," ujar Kepala Ekonom BCA David Sumual pada Republika.co.id, Ahad (1/1).
David menuturkan, menjelang akhir tahun harga bahan makanan tercatat relatif stabil, kecuali harga cabai, sedangkan harga beras turun. Sementara harga yang diatur pemerintah (administered prices) juga mengalami penurunan. Adanya penurunan inflasi pada akhir tahun ini menurut David karena pemerintah telah lebih antisipatif menghadapi kemungkinan gejolak harga pangan yang dihadapi setiap momen akhir tahun, dengan beberapa kebijakan termasuk impor pangan.
Kepala Ekonom SIGC, Eric Sugandi menjelaskan, pemerintah telah mengantisipasi kenaikan harga pangan dengan melakukan impor secara bertahap dari Oktober lalu untuk mendukung suplai dan stabilisasi harga.
"Diperkirakan inflasi Desember 2016 akan berada di 0,40 persen month to month atau tiga persen year on year,"ujar Eric.
Faktor utama pendorong inflasi Desember 2016 adalah kenaikan harga-harga bahan pangan akibat permintaan musiman pada masa Natal dan jelang tahun baru. Selain itu, tekanan inflasi dari sektor transportasi akibat liburan.
Sebelumnya Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus DW Martowardojo menyebutkan, inflasi pada Desember 2016 akan menjadi inflasi terendah sejak tujuh tahun belakangan ini. Berdasarkan survei yang dilakukan pada 82 kota, pada minggu ketiga Desember 2016 inflasi berada di posisi 0,31 persen month to month, atau secara tahunan sebesar 2,91 persen year on year (yoy).
"Kalau memang 2,91 jadi ada di bawah tiga persen, dalam banyak hal karena komoditas seperti cabai, bawang, bisa dikendalikan di minggu ketiga semoga bisa terus terjaga," tutur Agus di Gedung Bank Indonesia, Jumat (30/12).