EKBIS.CO, JAKARTA -- Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) memproyeksikan pasar obligasi domestik pada tahun 2017 masih berpeluang melanjutkan tren positif sejalan dengan masih terjaganya indikator makro dalam negeri.
Manajemen IBPA dalam keterangan tertulis diterima di Jakarta, Rabu (4/1) menyampaikan berdasarkan asumsi makro Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2017, ekonomi diperkirakan tumbuh 5,1 persen atau lebih baik dibandingkan tahun 2016.
"Selain itu, laju inflasi juga diperkirakan masih dalam tren terjaga pada level rendah dan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berada di level Rp13.300 per dolar AS," paparnya.
Manajemen IBPA menambahkan membaiknya harga komoditas dan minyak mentah dunia paska keputusan anggota Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak Bumi (OPEC) dan nonOPEC yang sepakat membatasi produksi minyak mentah diperkirakan juga dapat menopang pertumbuhan ekonomi negara-negara penghasil komoditas.
Namun demikian, menurut IBPA pasar obligasi domestik akan dihadapi dengan tantangan utama dari global yakni pengetatan kebijakan moneter di Amerika Serikat (AS) mengenai rencana kenaikan suku bunganya (Fed Fund Rate) sebanyak tiga kali.
"Pengetatan kebijakan moneter AS itu memungkinkan untuk berbaliknya arah kebijakan moneter Bank Indonesia yang pada tahun 2016 dalam tren longgar kembali dalam tren ketat," paparnya.
Selain itu, lanjutnya risiko juga perlu dicermati pasar obligasi yakni implementasi kebijakan Presiden terpilih AS Donald Trump yang diperkirakan mendorong naik tren yield US Treasuries, potensi pengurangan "quantitative easing" (QE) bank sentral Eropa (ECB) yang dapat berpengaruh pada likuiditas global, dan pertumbuhan ekonomi global yang diperkirakan masih melambat.