Rabu 11 Jan 2017 03:37 WIB

Ibu-Ibu di Ciamis Nyambi Jadi Petani Demi Ketahanan Pangan

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Budi Raharjo
Ketua Kelompok Wanita Tani (KWT) Mekar Bersama, Teri Irawati, mengecek tanaman cabai.
Foto: Rizky Suryarandika
Ketua Kelompok Wanita Tani (KWT) Mekar Bersama, Teri Irawati, mengecek tanaman cabai.

EKBIS.CO, CIAMIS -- Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementan punya cara tersendiri meningkatkan produksi pangan dan sayuran sekaligus pemberdayaan kelompok ibu-ibu dengan membentuk Kelompok Wanita Tani (KWT). Salah satunya terdapat di Dusun Ciomas Landeuh Desa Ciomas, Kecamatan Panjalu, Kabupaten Ciamis.

Kelompok yang telah berdiri sejak 2009 itu menamai dirinya KWT Mekar Bersama. Dengan awal tahun berdiri hanya beranggotakan 20 KK, kini jumlah anggota telah mencapai 44 orang. Bahkan kegiatan pemanfaatan lahan pekarangan oleh KWT Mekar Bersama telah menyentuh 199 KK.

Ketua KWT Mekar Bersama Teti Herawati mengatakan awal kegiatan menanam merupakan hobi ibu-ibu dengan optimalisasi lahan pekarangan. Namun para ibu-ibu juga harus mempertimbangkan waktu luang karena adanya kesibukan mengurus keluarga.

"Lahan pekarangan bagi keluarga yang berpenghasilan rendah dapat dikelola sebagai lumbung hidup dan apotek hidup. Ini sekaligus dapat jadi tabungan keluarga penambah keindahan," katanya pada wartawan, Selasa (10/1).

Lewat KWT ini pula, kata dia, ibu-ibu bisa menyediakan sendiri bahan pangan yang beranekaragam lewat pengelolaan lahan pekarangan. Bahkan menurutnya jika ada kelebihan sisa tanam maka bisa dijual oleh ibu-ibu ke pasar guna membantu ekonomi keluarga. Adapun soal program KWT pun beranekaragam seperti pembuatan kebun kelompok, gerakan makan bergizi dan grup Qasidah. "Kami juga melestarikan makanan olahan dari hasil tanam yang berbahan dasar ubi kayu, ubi jalar, talas dan hanjeli," ujarnya.

Tercatat, kelompok tani ini sudah memperoleh sepuluh penghargaan dari tingkat Kecamatan hingga Provinsi. Yang paling membanggakan adalah juara 1 kategori pelaku pembangunan ketahanan pangan dalam Pemberdayaan Kelompok Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP) tingkat Provinsi Jabar tahun 2014. Sedangkan jenis tanaman yang ditanam mayoritas berupa sayuran seperti kol atau daun bawang. Selain itu ada pula cabai rawit merah yang saat ini tengah melonjak harganya.

Menanggapi hal tersebut, Kepala BKP Kementan jnis Gardjita Budi mengatakan KWT sudah menjadi program yang mesti diberlakukan di seluruh wilayah Indonesia guna mendukung ketahanan pangan. Ia menjelaskan program KWT menjadi bagian dari program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL).

Namun ia menilai KWT di wilayah lain perlu meniru KWT Mekar Bersama karena mampu menjalankan fungsinya dengan baik. Sebab pihak BKP hanya memberi bantuan di tahun pertama. Adapun untuk tahun berikutnya, KWT harus berjalan sendiri.

"KWT disini harus ditiru daerah lain karena mampu sustain terlepas dari bantuan pemerintah. Sebab kami hanya bantu selama di tahun pertama, selebihnya mereka jalan sendiri," ujarnya dalam kunjungannya.

Ia pun menjelaskan untuk tahun 2016, jumlah KRPL ditargerkan sebanyak 1400 titik. Sedangkan pada tahun ini target BKP meningkat sekitar 25 persen atau menjadi 1700 titik. Nantinya BKP akan menyeleksi titik mana yang bisa diterapkan KRPL menyesesuaikan dengan budaya tanam masyarakatnya. "Kami melihat juga masyarakatnya biasa tanam apa? Baru kami berikan stimulus," ujarnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement