Senin 16 Jan 2017 10:46 WIB

IHSG Menguat di Awal Pekan

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Nidia Zuraya
Karyawan mengamati pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. ilustrasi (Republika/ Tahta Aidilla)
Foto: Republika/ Tahta Aidilla
Karyawan mengamati pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. ilustrasi (Republika/ Tahta Aidilla)

EKBIS.CO, JAKARTA -- Indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada hari ini, Senin (16/1), dibuka menguat sebesar 9,09 poin seiring dengan sentimen dari dalam negeri yang cukup positif. IHSG BEI dibuka naik 9,09 poin atau 0,17 persen menjadi 5.282,07 poin. Sementara itu kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 bergerak menguat 1,56 poin (0,18 persen) menjadi 884,08 poin.

"Sentimen dari dalam negeri yang terbilang positif, membuka peluang bagi IHSG untuk bergerak menguat," kata Vice President Research and Analysis Valbury Asia Securities Nico Omer Jonckheere di Jakarta, Senin (16/1).

Ia mengemukakan bahwa ekonomi domestik masih cukup stabil meski dibayangi ketidakpastian dari Amerika Serikat. Bank Indonesia memperkirakan defisit transaksi berjalan sepanjang 2016 akan menyusut menjadi 1,8 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya 2,06 persen.

"Perbaikan defisit neraca transaksi berjalan akan memperbaiki neraca pembayaran Indonesia," katanya.

Kendati demikian, lanjut dia, ketidakpastian dari Amerika Serikat tetap harus diwaspadai. Perhatian pasar akan tertuju pada pelantikan dan pidato yang akan disampaikan Donald Trump, terutama mengenai kebijakan-kebijakan yang akan ditempuh.

Sementara Analis Senior Binaartha Sekuritas, Reza Priyambada, menuturkan, laju bursa saham Asia cenderung berada di teritori negatif meski masih ada beberapa indeks saham Asia yang dapat menghijau.

"Pelemahan selain dipicu respon negatif atas pidato Trump sebelumnya, juga terimbas pergerakan harga minyak yang kembali merosot di tengah keraguan langkah pemangkasan minyak mampu mengatasi persoalan melimpahnya pasokan global," ujar Reza.

Selain itu, ungkap Reza, data ekspor Cina yang turun tajam sejak 2009 turut membebani pasar. Sementara itu, sentimen negatif lainnya dari saham Samsung Electronics yang mengalami penurunan terburuk dalam dua bulan menyusul skandal suap yang menyeret pimpinan perusahaan tersebut dan tetapnya suku bunga acuan Bank of Korea.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement