EKBIS.CO, JAKARTA -- Indonesia harus mengambil peran besar dalam industri halal dunia. “Indonesia harus menjadi etalase gaya hidup halal dunia,” kat Chairman Aladdin Group A Riawan Amin, di Jakarta, Senin (16/1/2017).
Riawan mengemukakan, Jepang bukan negara Islam, namun menyediakan ruangan shalat di bandara. Artinya ada kesadaran untuk melayani umat Muslim. Begitu pula dengan Korea Selatan dan Thailand.
“Ketiga negara tersebut menaruh perhatian besar terhadap keperluan umat Muslim, terutama berupa sertifikasi halal untuk restoran dan hotel, serta tempat shalat khususnya di bandara,” tutur Riawan.
Jadi, kata Riawan, kini yang bicara tentang industri halal tidak hanya orang Islam, atau negara-negara dengan penduduk Muslim besar, tapi juga berbagai negara yang nota bene bukan negara Muslim atau dengan jumlah penduduk Muslim yang sangat sedikit.
“Mereka memandang hal tersebut sebagai peluang bisnis. Namun, terlepas dari apa pun latar belakang atau motivasinya, hal itu baik saja. Yakni, mereka menyediakan fasilitas halal bagi umat Muslim,” ujarnya.
Namun, kata Riawan, Indonesia seharusnya lebih dari Jepang, Korea Selatan, Thailand maupun negara-negara lain yang menyediakan fasilitas halal bagi kaum Muslim. “Bagi mereka, halal itu bukan ideologi, melainkan opsi. Bagi Indonesia, halal tidak hanya sekadar opsi, tetapi juga harus menjadi ideologi,” kata Riawan.
Riawan menegaskan, sebagai negara Pancasila dan jumlah penduduk Muslim terbesar di dunia, Indonesia harus menjadi etalase gaya hidup halal dunia. “Indonesia harus menjadi etalase dari halal life style. Sehingga, kalau orang-orang dari negara manapun ingin melihat negara yang islami, meskipun tidak mengklaim dirinya sebagai negara Islam, maka mereka akan datang ke Indonesia,” tutur Riawan yang juga seorang pakar ekonomi syariah.
Etalase gaya hidup halal, Riawan menjelaskan, artinya setiap proses kehidupan dari bangun tidur sampai hendak tidur lagi, harus dijiwai ruh halal. “Yang diberikan oleh Jepang, Korea Selatan dan Thailand adalah opsi halal untuk kaum Muslim. Tapi yang disediakan oleh Indonesia nantinya hanya satu opsi, yakni halal. Sebab, halal itu bersifat universal dan baik untuk semua orang, baik Muslim maupun non-Muslim,” papar penulis buku-buku mengenai ekonomi dan manajemen syariah itu.
Riawan mencontohkan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan, termasuk jalan, halaman rumah/gedung, hingga toilet. “Perilaku hidup bersih mencerminkan gaya hidup halal,” ujarnya.
Demikian pula dengan berbagai produk halal Indonesia yang berkualitas, sehingga menarik minat orang-orang dari berbagai negara. “Halal itu tidak hanya harus sesuai hukum syariah, tapi juga harus berkualitas. Tantangan kita adalah menciptakan produk yang halal dan thayyib (baik) yang berkualitas,” kata Riawan.
Dia menambahkan, produk itu bukan sekadar halal dan baik, tapi mutunya harus tinggi. “Kalau halal dan baik tapi mutunya rendah, kita akan kalah dengan produk yang netral atau tidak haram tapi mutunya tinggi yang diciptakan oleh negara-negara lain, seperti Jepang, Korea Selatan dan Thailand,” paparnya.
Riawan menyebutkan, Aladdin Group merupakan perusahaan e-commerce yang memasarkan produk-produk halal maupun netral, dan berkualitas tinggi. “Positioning kami sejak awal jelas, kami hanya memasarkan produk-produk yang halal, atau minimal netral, dan berkualitas tinggi. Kami tidak mau masuk ke produk-produk halal apalagi netral, yang kualitasnya rendah,” tegas Riawan Amin.