Jumat 17 Feb 2017 00:14 WIB

Neraca Dagang Surplus, Menkeu Waspadai Faktor Eksternal

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Friska Yolanda
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati (kedua kiri) berswafoto bersama sejumlah mahasiswa usai memberikan kuliah umum di Universitas Diponegoro Semarang, Jawa Tengah, Kamis (16/2).
Foto: Antara/Aji Styawan
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati (kedua kiri) berswafoto bersama sejumlah mahasiswa usai memberikan kuliah umum di Universitas Diponegoro Semarang, Jawa Tengah, Kamis (16/2).

EKBIS.CO,  SEMARANG -- Menteri Keuangan Sri Mulyani menilai, surplus neraca perdagangan yang tercatat pada Januari 2017 akan tetap terjaga di sepanjang tahun ini. Hanya saja, ia mengaku perlu ada kewaspadaan terhadap faktor eksternal, terutama perkembangan harga komoditas yang bisa saja bergerak fluktuatif. 

Sri mengatakan, perbaikan neraca dagang sudah terlihat pada kuartal keempat tahun lalu. Hal ini didorong dengan naiknya harga sejumlah komoditas yang sejak 2011 sempat menurun. Perbaikan neraca dagang kemudian terus terjadi hingga awal tahun ini dan ia proyeksikan akan tetap terjaga. Syaratnya, lanjutnya, harga komoditas seperti batu bara dan minyak kelapa sawit tetap menunjukkan adanya tren perbaikan. 

"Tinggal tentu saja kita harus melihat apakah momentum pertumbuhan ekonomi dunia akan terus terjaga. Dan ketidakpastian masih ada, namun ada optimisme yang sekarang ini muncul," ujar Sri saat ditemui usai memberikan kuliah umum di Universitas Diponegoro, Semarang, Kamis (16/2). 

Sri memproyeksi pertumbuhan kinerja ekspor Indonesia bisa tembus 0,2 persen di tahun 2017 ini. Ia menekankan bahwa dari sisi internal, pemerintah tetap mendorong kinerja ekspor dan memberikan kemudahan bagi pelaku usaha untuk melakukan impor bahan baku yang bertujuan re-ekspor. 

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan eskpor-impor pada Januari 2017 ini surplus 1,4 miliar dolar AS. Hal ini karena adanya penurunan nilai ekspor Indonesia pada Januari 2017 sebesar 3,21 persen dibandingkan ekspor Desember 2016.

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan surplus ini juga didukung dengan surplus di sektor nonmigas sebesar 1,93 miliar dolar AS. Meski begitu, neraca perdagangan pada sektor migas defisit sebesar 0,54 miliar dolar AS karena masih bergantungnya Indonesia pada impor bahan bakar minyak.

"Namun harus dicatat, bahwa surplus bulan Januari 2017 ini merupakan surplus terbesar sejak 2014. Iramanya sangat bagus, dan pemerintah diharapkan bisa terus menjaga momentum ini," ujar Suhariyanto.  

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement