Ahad 26 Mar 2017 17:56 WIB

Bank BUMN akan Perbesar Kredit Sektor Pertanian

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Nur Aini
Seorang petani menyiram lahan pertaniannya. (ilustrasi)
Foto: Antara/Wahyu Putro A
Seorang petani menyiram lahan pertaniannya. (ilustrasi)

EKBIS.CO,   JAKARTA -- Pemerintah dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tengah gencar mendorong penyaluran kredit ke sektor produktif khususnya Pertanian dengan komposisi sebesar 40 persen dari keseluruhan kredit perseroan. Salah satu bank pelat merah penyalur kredit, Bank Rakyat Indonesia (BRI) menargetkan penyaluran kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) sektor pertanian dapat tumbuh 15 persen secara tahunan (year on year/yoy).

Direktur Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) BRI, Mohammad Irfan menjelaskan sektor ini dinilai sangat potensial karena masih banyak yang belum terjangkau oleh perbankan. Berdasarkan catatannya, kredit sektor pertanian dan perkebunan dari kecil hingga besar mencapai Rp 200 triliun dari realisasi kredit keseluruhan yang sebesar Rp 635 triliun pada 2016. Dari nilai tersebut, sebanyak Rp 40 triliun disalurkan ke UMKM pertanian.

"Tahun lalu tumbuh 15 persen, dan target tahun ini tumbuh minimal sama. Sedangkan komposisinya 20 persen dari kredit keseluruhan,"ujar Irfan, akhir pekan lalu.

Untuk merealisasikan target tersebut, pihaknya akan melakukan strategi jemput bola, yakni mencari langsung nasabah potensial di bidang tersebut. Meskipun sektor ini dinilai sangat riskan dalam hal kredit macet (Non Performing Loan/ NPL), Irfan menyebutkan bahwa perbankan tentunya akan prudent dan berhati-hati dalam menyalurkan dananya. 

Bank akan mengidentifikasi calon-calon nasabah potensial dan debitur-debitur yang telah masuk daftar hitam perbankan. Debitur-debitur 'nakal' ini tentunya tidak akan diberikan kredit lagi. "Bank harus aktif mencari calon nasabah, menyeleksi, dan mengevaluasi baru kita kasih,"ujar Irfan.

Sementara itu Direktur Mikro dan Bisnis Ritel Bank Mandiri, Tardi menilai bahwa penyaluran kredit ke sektor pangan secara luas sangat besar potensinya. Sebab, sektor pertanian memiliki value chain yang panjang mulai dari petani, pengepul hingga industri pengolahannya. "Dari satu komoditas saja besar, misalnya coklat. Dari petani, pengepul hingga ke pabrik coklat," ujar Tardi.

Penyaluran kredit ini di Bank Mandiri dapat dilakukan melalui semua segmen dari kredit korporasi, komersial, hingga Kredit Usaha Rakyat. Untuk mengatasi terjadinya kredit macet, pihaknya menggunakan konsep plasma inti, ada yang mengelola secara besaran. Dengan konsep ini maka akan ada yang berperan sebagai Offtaker, advisor, dan kelembagaan, supaya tidak tercerai berai.

Dengan konsep ini, tercatat pada tahun lalu penyaluran kredit Bank Mandiri tumbuh 13 persen menjadi Rp 662 triliun dibanding tahun lalu yang tumbuh 11,2 persen. Dari nilai tersebut, sektor pangan disalurkan sebesar Rp 62 triliun.

"Target penyaluran kredit ke sektor pangan di seluruh segmen dari korporasi, komersial, mikro dan KUR sebesar Rp 79 triliun atau tumbuh 15 persen," kata Tardi.

Sementara itu, penyaluran KUR Bank Negara Indonesia (BNI) baru mencapai Rp 450 miliar pada Februari 2017. Jika dibandingkan dengan targetnya yang sebesar Rp 12 triliun, maka realisasi penyaluran baru mencapai 3,75 persen. Sekretaris Perusahaan BNI Ryan Kiryanto mengatakan, untuk mencapai target penyaluran kredit ke sektor produktif sebanyak 40 persen tahun ini, BNI akan mempersempit porsi jasa perdagangan. "Paling gampang perdagangan. Tetapi, nggak boleh, karena multiplier effect-nya minim," kata Ryan.

Pada 2015, penyaluran kredit BNI ke sektor perdagangan mencapai 70 persen. Namun pada tahun lalu porsinya mengecil menjadi 65 persen. Pada tahun ini perseroan akan kembali memperkecil sektor perdagangan untuk kemudian dialihkan ke sektor ekonomi produktif.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement