EKBIS.CO, JAKARTA -- Perusahaan finansial multinasional Mastercard dalam salah satu studinya menyatakan konsumen di Indonesia termasuk mereka yang paling optimistis terhadap tingkat kesejahteraan mereka di sejumlah negara di kawasan Asia-Pasifik.
Senior Vice President Communication Mastercard Asia Pasifik Georgette Tan menyatakan, temuan studi pihaknya menunjukkan bahwa pandangan konsumen terhadap kesejahteraan mereka secara keseluruhan selalu dibentuk oleh realitas dari berbagai aspek kehidupan mereka sehari-hari.
"Kita juga dapat melihat bahwa peluang kuat untuk tumbuh dapat mengilhami tingkat optimisme dan harapan untuk masa depan sebagaimana yang dicontohkan oleh negara-negara berkembang di Asia seperti India, Cina dan Indonesia, di mana skor kesejahteraan mereka yang lebih tinggi berkolerasi dengan tingkat PDB yang tengah berkembang," katanya dalam rilis yang diterima di Jakarta, Kamis (6/4).
Meskipun tahun 2016 merupakan tahun dengan fluktuasi kondisi sosial-politik yang besar baik secara global maupun regional, penelitian terakhir Mastercard bertajuk Indeks Kesejahteraan (Well-Being Index) mengungkap bahwa secara keseluruhan masyarakat di Asia Pasifik tetap optimis terhadap tingkat kesejahteraan mereka (62,1), di mana negara-negara berkembang memimpin tingkat optimisme tersebut.
Penelitian Mastercard Well-Being Index melakukan survei terhadap 9.123 responden di kawasan Asia Pasifik terkait pandangan mereka terhadap prospek ekonomi, sosial dan keuangan mereka di masa mendatang yang mencakup empat komponen utama yakni Pekerjaan dan Keuangan, Keamanan dari Ancaman, Kepuasan Pribadi dan Pekerjaan, serta Kesejahteraan Pribadi.
India memimpin kawasan tersebut dengan skor indeks kesejahteraan secara keseluruhan mencapai 75,0, satu-satunya negara yang telah mencapai tingkat sangat optimis dalam sejarah rangkaian survei itu.
Tingkat optimisme India kemungkinan besar didorong oleh sentimen optimis konsumen terhadap pesatnya pertumbuhan ekonomi dan fundamental ekonomi makro yang stabil, serta kemampuan mereka untuk mengatasi tekanan dan tantangan.
Sedangkan Negara optimis lainnya meliputi Filipina (73,0) di posisi kedua dan Republik Indonesia (71,4) di posisi ketiga.
Namun sebaliknya, negara-negara maju di Asia justru tengah berjuang untuk membawa negara mereka untuk keluar dari zona netral, dikarenakan oleh kerja lembur yang semakin membudaya dan tingkat tekanan yang tinggi untuk hal-hal yang terkait dengan pekerjaan.
Sementara Jepang (50,4) dan Korea (52,1) menduduki posisi terendah untuk indeks kesejahteraan secara keseluruhan yang tercermin dari konsistensi sentimen negatif konsumen terhadap kesejahteraan pribadi mereka terkait dengan tekanan dalam keluarga, tekanan pekerjaan, tekanan keuangan dan kesehatan.