Rabu 17 May 2017 10:43 WIB

Aviliani: Investor Asing tak Terlalu Perhatikan Peringkat Investasi S&P

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Nur Aini
Aviliani
Foto: Republika/Tahta Aidilla
Aviliani

EKBIS.CO, JAKARTA -- Lembaga pemeringkat Standar and Poor's (S&P) sampai saat ini belum memberikan peringkat layak investasi (investment grade) kepada Indonesia. Hal itu membuat para pelaku pasar sedikit kecewa.

Meski begitu Ekonom sekaligus Pembina Perhimpunan Bank-bank Nasional (Perbanas) Aviliani menyatakan, tidak masalah bila S&P tidak memberikan predikat investment grade kepada Indonesia. "Sebenarnya menurut saya, bagi (investor) asing, Indonesia masih menjanjikan, karena kalau kita lihat dari yield-nya," ujarnya kepada wartawan di Jakarta, Selasa (16/5).

Ia mengatakan, menurut investor asing segala peristiwa di Indonesia hanya sebentar, tidak berkepanjangan seperti di berbagai negara lain yang bahkan sampai anarkis.

"Saya sih nggak melihat lagi S&P sebagai salah satu yang benar-benar diperhatikan oleh investor asing," ujarnya. Aviliani menjelaskan, hal itu terbukti dana masuk dari asing cukup besar belakangan ini. Dengan begitu, menurutnya tidak perlu khawatir dengan peringkat dari S&P.

Menurut Aviliani, permasalahannya sekarang terkait dengan investasi yang ditawarkan Indonesia. Dia menilai Indonesia kini memiliki posisi tawar ke banyak negara sehingga sebaiknya kurs rupiah tidak hanya berkiblat pada mata uang satu negara.

"Bargaining position kita lemah dan kita tidak manfaatkan dana banyak dari negara lain. Apalagi kalau kita lihat dengan kebijakan Trump kita belum tahu dolar AS akan bagaimana," tutur Aviliani. Sehingga baginya, lebih bagus bila menggunakan kurs mata uang banyak negara untuk mengurangi risiko penekanan nilai tukar rupiah.

Ia menyebutkan saat ini baru Cina yang banyak berinvestasi di Indonesia. Padahal Jepang, Eropa, termasuk Timur Tengah juga berpotensi menaruh dananya di Tanah Air. "Itu harus dimanfaatin. Cuma kan harus sesuai project mereka," ujarnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement