EKBIS.CO, OKI -- Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman memuji kinerja PT Pratama Nusantara Sakti sebagai pionir perkebunan tebu di daearah rawa. Amran menyaksikan langsung panen perusahaan yang terdapat di Kecamatan Sungai Menang, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatara Selatan tersebut. "Ini luar biasa. Rawa dijadikan lahan tebu. Produksi per hektare juga besar, 110 ton. Untuk Indonesia, ini masa depan pergulaan, daerah rawa," katanya di lokasi panen, Senin (22/5).
Amran menilai ada keuntungan dalam proses produksi dan distribusi tebu milik PT PNS. Keuntungan tersebut, yakni ramah lingkungan, manakala pengangkutan hasil panen menggunakan perahu motor menyusuri sungai. "Ini keuntungan perkebunan tebu dibangun di daerah rawa," ujarnya.
Amran menjelaskan luas daerah rawa di seluruh Tanah Air sekitar 21 juta hektare. Namun yang bisa ditanami atau bisa diolah sekitar 8-10 juta ha. Sementara untuk mencapai kebutuhan nasional tanpa harus impor, lanjut dia, Indonesia membutuhkan lahan untuk ditanami tebu sebesar 1 juta ha lagi. "Satu juta saja kita kelola, Indonesia sudah menjadi lumbung pangan pangan, khususnya gula, dan kita sudah bisa diekspor," tuturnya.
Pemerintah, lanjut Amran, fokus mendorong investasi di sektor gula. Saat ini terdapat 11 unit pabrik gula di seluruh Tanah Air, yang empat di antaranya memasuki masa penggilingan. "Kalau ini bergerak semuanya, pada 2019 untuk gula putih kita sudah swasembada," tuturnya.
Amran menjelaskan saat ini kebutuhan nasional gula putih antara 2,7 juta ton hingga 3 juta ton per tahun. Sementara produksinya berada pada kisaran 2,5 juta ton sampai 2,6 juta ton per tahun.
Pemerintah, kata dia, mendorong pengusaha gula memperluas usaha demi tercapai target swasembada. Salah satunya, ada regulasi yang mengatur daerah hutan produksi bisa ditanami tebu atas seizin menteri lingkungan hidup dan kehutanan.
Pada Senin (22/15) PT PNS mengadakan seremoni peletakan batu pertama pendirian pabrik tersebut yang dihadiri Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman. Komisaris Utama PT PNS, Yohanes Hardian Widjanarko menjelaskan pembangunan pabrik berkapasitas 18 ribu ton per day (tcd) ini dibagi dalam tiga tahap. Nilai investasi keseluruhan mencapai Rp 4 triliun.
Tahap pertama, pembangunan pabrik berkapasitas 6.000 tcd. Yohanes mengatakan, PT PNS menargetkan mulai berproduksi pada 2019 awal. "Tahap kedua kami mulai lagi tahun 2019, dan tahap ketiga 2020," kata Yohanes.
Menteri Amran meminta target komersial tahap I dimajukan ke Akhir 2019. "Pada 1 November 2018 sudah diresmikan, tidak boleh 2019, setuju ya," ujar Amran.
Amran meminta tenaga kerja ditambah demi target percepatan tersebut. Dari 60 menjadi 120 orang. Sesaat setelah itu ia berkesempatan mengadakan peletakan batu pertama pembangunan pabrik itu.
Amran menilai dari pabrik tersebut tersimpan potensi besar demi target penambahan produktivitas gula tanah air. Pada hari yang sama, PT PNS dalam masa panen tebunya.
Direktur PT PNS, Deni Gunawan mengatakan pihaknya memanen tebu dengan volume 80 ton per hektare. Saat ini PT PNS memiliki areal perkebunan sebesar 4.000 ha yang akan ditingkatkan menjadi 8.700 ha pada akhir 2017.
Sejauh ini, PT PNS hanya menjadi pemasok tebu ke pabrik-pabrik di Lampung. Dengan memiliki pabrik sendiri nantinya PT PNS menargetkan memproduksi gula sebanyak 144 ribu ton atau setara dengan lima persen dari kebutuhan nasional.
Wakil Bupati Ogan Komering Ilir (OKI), Muhammad Rifai mendukung terobosan PT PNS sebagai perusahaan pertama yang memiliki pabrik gula di daerah rawa di Tanah Air. Ia mengatakan jika melihat topografi wilayah OKI, maka apa yang dilakukan PT PNS sejalan dengan pengembangan wilayah yang terletak di Provinsi Sumatra Selatan itu.
Ia menerangkan di daerahnya terdapat 45 perusahaan yang bergerak di berbagai bidang. Pemda OKI, menurut Rifai, mendukung target kedaulatan pangan yang digagas pemerintah pusat, salah satunya lewat pengembangan gula.