EKBIS.CO, MANADO -- Perhelatan Manado International Conference on Tourism (Invest Manado) mampu menghasilkan kesepakatan bisnis senilai 400 juta dolar AS atau setara dengan Rp 5,2 triliun. Kesepakatan tersebut terdiri dari kerja sama investasi antara penyertaan modal asing (PMA) dari Cina dengan perusahaan Indonesia .
Kerja sama ini terkait dengan pembangunan di Manado Selatan untuk hotel, apartemen, shopping mall dan diving center senilai 200 juta dolar AS dan penyerahan izin perluasan investasi kepada PMA Amerika Serikat terkait akomodasi penginapan dan pariwisata di Raja Ampat senilai 200 juta dolar AS.
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Lembong mengatakan, kesepakatan bisnis yang dihasilkan merupakan salah satu bukti nyata menggeliatnya investasi di sektor pariwisata Indonesia. Nilai yang dihasilkan oleh kesepakatan bisnis tersebut diluar dari kesepakatan yang dapat diperoleh dalam kegiatan one on one meeting yang hingga kini telah terkonfirmasi diikuti oleh 37 perusahaan dari Cina, Jepang, Singapura, Australia, Persatuan Emirat Arab, dan Korea Selatan.
"Dalam forum one on one meeting mereka akan dipertemukan dengan perusahaan maupun pemerintah daerah secara langsung untuk membahas mengenai minat investasi mereka,” kata Thomas usai melakukan penandatanganan nota kesepahaman, Rabu (24/5).
Selain itu, terdapat tujuh perwakilan kedutaan besar serta asosiasi bisnis asing dari Cina, Thailand, Australia, dan Jepang yang juga akan memanfaatkan kesempatan one on one meeting dengan berbagai pihak terkait investasi pariwisata di Indonesia.
Menteri Pariwisata Arief Yahya menjelaskan, khusus Sulawesi Utara isu konektifitas menjadi penting untuk menopang pertumbuhan sektor pariwisata. Isu konektifitas tersebut menyangkut One Belt One Road (OBOR) yang dicanangkan oleh Presiden Xi Jinping yang didalamnya terdapat empat komponen utama yakni kawasan industri, pembangunan kota baru, pembangunan airport dan pelabuhan baru serta destinasi pariwisata.
Arief menilai potensi konektifitas tersebut akan sangat besar apabila dapat dikapitalisasikan dalam suatu proyek investasi bersama baik dengan Cina maupun dengan investor dari negara-negara lainnya.
“Contohnya untuk rute kapal pesiar (cruise ship) bisa dikembangkan dari Bali ke Mandalika, Labuan Bajo, Wakatobi, Banggai, Toegan, kemudian ke Bunaken, dilanjutkan ke Morotai, Raja Ampat dan berakhir di Tual," kata Arief Yahya.
Senada dengan Menteri Pariwisata, Staf Ahli Menteri Perhubungan Wihana Kirana Jaya menyampaikan bahwa lima isu strategis yang saling terkait dalam melakukan sinergi konektifitas dan pariwisata di Sulawesi Utara adalah perekonomian global, perekonomian Indonesia, konektifitas, sektor pariwisata serta destinasi pariwisata yang dapat diakses dengan mudah.
Dari data BKPM, investasi asing (FDI) di sektor pariwisata terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2014 tercatat investasi di sektor pariwisata hanya 673,1 juta dolar AS, naik tipis menjadi 732,5 juta dolar AS pada 2015.
Nilai ini kemudian tumbuh drastis mencapai 63 persen menjadi 1,19 miliar dolar AS pada 2016. Hingga kuartal pertama tahun 2017, investasi asing di sektor pariwisata mencapai 440 juta dolar AS.