Selasa 04 Jul 2017 17:25 WIB

Kadin Minta Sektor Migas Segera Diperbaiki

Red: Karta Raharja Ucu
Ladang pengeboran migas (ilustrasi)
Foto: AP PHOTO
Ladang pengeboran migas (ilustrasi)

EKBIS.CO, JAKARTA -- Ketua Koordinator Gas Industri Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Ahmad Wijaya meminta pemerintah benar-benar mengelola sektor hulu migas. Tujuannya agar impor migas yang cenderung naik bisa ditekan.

Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS), impor migas Mei 2017 mencapai 1,82 miliar dolar AS atau naik 10,54 persen dibanding April 2017. Sedangkan jika dibanding Mei 2016 meningkat 9,10 persen.

Soal impor, kata Ahmad, memang tidak bisa ditutup semua, namun tetap harus ada usaha keras dari pemerintah untuk benar-benar mengelola hulu migas. Jika tidak, maka sektor hilir, akan terus dibanjiri impor. Ujungnya, industri tertekan dan tidak memiliki daya saing. 

"Impor terus terjadi sebab Pemerintah belum serius menarik investasi industri hulu berbasis minyak nan petro chemical yang secara pertumbuhan turun ke industri intermediate baru ke industri hilir," kata Ahmad dalam keterangannya, Senin (3/7).

Menurut Ahmad, jika pemerintah mendorong menarik investasi ke sektor tersebut, maka secara pelan tapi pasti, impor migas akan bisa dikurangi secara drastis. "Jika tidak dibenahi, kondisi impor tiap tahun naik, dari konsumsi harian seperti bawang sampai gula masih tinggi impornya," ujar Ahmad.

Catatan BPS, secara total, nilai impor Indonesia Mei 2017 mencapai 13,82 miliar dolar AS atau naik 15,67 persen dibanding April 2017. Bahkan, jika dibandingkan Mei 2016 melonjak hingga 24,03 persen. Cina jadi negara pemasok barang impor nonmigas terbesar  dengan nilai 13,67 miliar dolar AS (26,12 persen), Jepang 5,82 miliar dolar AS (11,12 persen), dan Thailand 3,77 miliar dolar AS (7,21 persen).

Khusus sektor migas, Ahmad menegaskan, agar impor yang membanjiri sektor hilir bisa benar-benar dikurangi. Menurut dia, Indonesia perlu 10 pabrik baru petrochemical seperti Chandra Asri. Jika 10 pabrik itu sudah ada, hasil produksinya pun tak boleh lagi diekspor namun digunakan untuk  kepentingan mendukung industri dalam negeri.

"Baru industri hulu, intermediate sampai hilir bertumbuh. Saat ini kondisi kita di industri banyak melakukan paralel impor dan produsen. Jadi cash cost tinggi di semua linier," ujar dia.

Bagi Ahmad, mengutamakan memperbaiki sektor hulu merupakan jalan tercepat agar sengkarut impor migas bisa dibenahi. Alhasil, jika hulu tidak ada masalah, maka di sektor hilir impor bisa dihilangkan. "Utamakan sektor hulu tidak ada jalan lain," tegasnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement