EKBIS.CO, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Rabu (5/7) sore, bergerak menguat sebesar 60 poin menjadi Rp 13.304 dibandingkan sebelumnya pada posisi Rp 13.364 per dolar Amerika Serikat (AS).
"Sebagian pelaku pasar yang meragukan kenaikan suku bunga AS (Fed Fund Rate) dalam waktu dekat ini menjadi salah satu faktor yang menopang mata uang rupiah mengalami apresiasi terhadap dolar AS," kata Analis Monex Investindo Futures, Putu Agus Pransuamitra di Jakarta, Rabu (5/7).
Agus mengatakan The Fed akan merilis notulen Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada pekan ini, jika dalam notulen itu terdapat sinyal kenaikan suku bunga AS tidak terjadi salam waktu dekat maka potensi rupiah melanjutkan kenaikan kembali terbuka.
Di sisi lain, lanjut Agus, data ekonomi nasional yang telah dirilis juga masih direspon positif pelaku pasar uang di dalam negeri. Salah satu data yang masih direspon pasar yakni inflasi Juni yang relatif terkendali serta tren kenaikan cadangan devisa Indonesia.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat tingkat inflasi pada Juni 2017 mencapai 0,69 persen. Dengan demikian laju inflasi tahun kalender Januari-Juni 2017 telah mencapai 2,38 persen dan inflasi dari tahun ke tahun (yoy) tercatat sebesar 4,37 persen.
Sementara itu Bank Indonesia mencatat cadangan devisa per akhir Mei mencapai 124,95 miliar dolar AS. Agus menambahkan pemerintah yang optimistis terhadap perekomian Indonesia akan terus mengalami pertumbuhan turut menjadi penopang mata uang rupiah terhadap dolar AS.
Analis Pasar Uang Bank Mandiri Reny Eka Putri menambahkan pergerakan rupiah bergerak dalam area terbatas menyusul aksi wait and see oleh sebagian investor terhadap hasil FOMC. "Hasil FOMC mengenai kebijakan suku bunga AS menjadi salah satu yang menjadi perhatian pelaku pasar,' katanya.
Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Rabu (5/7) ini mencatat nilai tukar rupiah bergerak menguat ke posisi Rp 13.349 dibandingkan hari sebelumnya (Selasa, 4/7) Rp 13.386 per dolar AS.