EKBIS.CO, JAKARTA -- Sekretariat Komisi Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) menargetkan mencapai 350 pelaku usaha sudah mendapat sertifikat ISPO. Hingga saat ini sebanyak 306 pelaku usaha yang sertifikasi ISPO dan 70 pelaku usaha tengah dalam audit.
"Dari 70 maunya semua, target total 350 sampai akhir tahun, 50 lah kalau boleh," ujar Kepala Sekretariat Komisi ISPO R Aziz Hidayat di Jakarta, Selasa (29/8), mengacu pada target penerimaan sertifikat ISPO dari 70 pelaku usaha yang tengah dalam audit.
Saat ini, ada 1.200 hingga 1.400 perusahaan sawit, termasuk perusahaan kecil yang berada sedikit di atas 25 hektare. Dari ribuan perusahaan tersebut, sebanyak 304 telah sertifikasi ISPO dan satu Koperasi Unit Desa (KUD) swadaya dan satu asosiasi petani plasma dengan luas kebun sawit mencapai sekitar 1,9 juta hektare dan produksi Crude Palm Oil (CPO) sekitar 8,15 juta ton per tahun.
Aziz mengatakan, tujuan ISPO adalah mendorong usaha perkebunan untuk mentaati peraturan yang telah dikeluarkan pemerintah, meningkatkan kesadaran pengusaha kelapa sawit untuk memperbaiki lingkungan, melaksanakan pembangunan perkebunan kelapa sawit berkelanjutan dan meningkatkan daya saing minyak sawit Indonesia di pasar internasional.
Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian Bambang mengatakan kelapa sawit memberi peran luar biasa, begitu juga dengan sektor perkebunan. Sektor perkebunan menyumbang sebesar Rp 411 triliun terhadap PDB nasional sementara dari sawit sendiri mencapai Rp 239,4 triliun,
Tidak hanya itu, industri kelapa sawit juga berikan sumbangan tenaga kerja setidaknya 82 juta jiwa pada on farm. Angka tersebut belum mencakup serapan tenaga kerja dari off farm. Sawit juga menyumbang energi nabati di tengah energi fosil yang hampir habis.
"Perkebunan sawit Indonesia siap menyuplai energi dunia," ujarnya.
Luas sawit di Indonesia sebesar 11,9 juta hektare dengan produksi 33,2 juta ton dengan produktifitas yang sebesar 3,7 juta ton per hektare. Sementara ada 4,7 juta hektare lahan yang merupakan sawit rakyat.
Sayangnya, produktifitas lahan sawit rakyat tersebut masih sangat rendah sekitar 2 hingga 3 juta ton per hektare. Hal tersebut bisa ditingkatkan dengan dorongan melalui berbagai program pemerintah, salah satunya replanting.
"Dari 4,7 juta hektare, 2,5 juta hektare perlu replanting," ujar dia.