Sabtu 16 Sep 2017 17:35 WIB

Digitalisasi Industri TPT Dinilai Tingkatkan Efisiensi

Red: Agung Sasongko
Hartmut Molzhan, ketika menjadi pembicara di ajang ITMF
Foto: istimewa
Hartmut Molzhan, ketika menjadi pembicara di ajang ITMF

EKBIS.CO, JAKARTA -- Arus digitalisasi di industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) tak bisa ditolak layaknya yang terjadi di sektor lainnya.

"Digitalisasi itu datang untuk meningkatkan produktifitas dan efisiensi. Industri tekstil nasional yang mengambil pangsa pasar internasional 2 persen ini tak bisa menolak kehadiran digitalisasi yang sudah menjadi fenomena global," ungkap  CEO and Co-Founder 88Spares.com, Hartmut Molzhan kala menjadi salah satu pembicara di ajang The International Textile Manufacturers Federation (ITMF) di Nusa Dua, Bali, dalam keterangannya, Sabtu (16/9).

Menurutnya, ada beberapa dampak dari digitalisasi yang terjadi pada sebuah industri yakni munculnya produk yang beragam, inovasi baru, dan terakhir model bisnis yang berubah. "Kita sudah lihat di industri penerbitan dengan Amazon dalam menjual buku yang mengubah semuanya. Ke depan saya prediksi ini bisa terjadi di industri tekstil dimana mass customization itu tak bisa dielakkan," katanya.

Ditambahkannya, 88spares.com dengan platform B2B marketplace ingin mendorong digitalisasi itu lebih cepat masuk ke industri tekstil nasional agar pelaku usaha Indonesia menjadi kompetitif di masa depan.

"Kita ingin menyambungkan pabrik, vendor, dan industri kecil menengah (IKM) agar bisa berbisnis secara efisien, cepat dan murah. Saat ini sudah saatnya pedagang dan pembeli melakukan perdagangan dengan cara eCommerce yang tentunya bisa lebih efektif dan efisien dari sisi biaya dan waktu," katanya.

Ditambahkan, tekstil dan produk tekstil memang merupakan komoditas yang tidak akan pernah berhenti sehingga perdagangannya dibutuhkan dan pada akhirnya muncul pedagang baru serta menjadikan persaingan kian ketat.

Diakuinya, saat ini perdagangan suku cadang mesin industri tekstil dan produk tekstil masih didominasi oleh pedagang offline, yang banyak melibatkan pihak ketiga dalam proses transaksi sehingga harga akan lebih mahal.

"Kita ada dua fokus ketika sudah commerce. Pertama melayani kebutuhan pabrik kain untuk suku cadang. Kedua membuka akses bagi pabrik atau IKM untuk berinteraksi agar bisa mendapatkan barang murah yang ujungnya produk tekstil Indonesia itu kompetitif untuk ekspor," katanya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement