EKBIS.CO, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Jumat sore (6/10), bergerak melemah sebesar 26 poin menjadi Rp 13.490 dibandingkan sebelumnya pada posisi Rp 13.464 per dolar Amerika Serikat (AS).
Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan bahwa dolar AS menguat terhadap mayoritas mata uang dunia, termasuk rupiah di tengah data ekonomi Amerika Serikat yang optimis. "Data ekonomi AS yang telah dirilis cukup optimistis sehingga memperbesar peluang kenaikan suku bunga Fed pada Desember," katanya.
Ia mengemukakan bahwa data PMI sektor jasa AS pada September menunjukkan perbaikan dari bulan sebelumnya, di mana angka PMI mencapai 55.3 di atas proyeksi pasar dan bulan sebelumnya. Selain itu, kata dia, produk domestik bruto (PDB) Amerika Serikat kuartal kedua yang direvisi naik menjadi 3,1 persen, dari sebelumnya 3,0 persen juga menjadi salah satu faktor yang menopang dolar AS mengalami apresiasi. Ia menambahkan bahwa proyeksi data penggajian non-pertanian (non-farm payroll/NFP) Amerika Serikat yang diproyeksikan membaik dapat menambah penguatan dolar AS.
Sementara itu, Pengamat pasar uang Bank Woori Saudara Indonesia Tbk Rully Nova menilai bahwa pelemahan dolar AS relatif terbatas mengingat sentimen dari dalam negeri juga masih positif seperti inflasi yang terkendali, peningkatan cadangan devisa serta tren surplus neraca perdagangan. "Sejumlah data ekonomi Indonesia yang telah dirilis cukup positif sehingga dapat menahan tekanan lebih dalam," katanya.
Dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Jumat ini (6/10) mencatat nilai tukar rupiah bergerak melemah ke posisi Rp 13.485 dibandingkan posisi sebelumnya Rp 13.483 per dolar AS.