EKBIS.CO, JAKARTA -- Lisda (31 tahun) telah menjalankan usaha perikanannya sejak 12 tahun yang lalu. Perempuan ini sangat tekun dan selalu semangat dalam mengembangkan usahanya. Sebagai seorang ibu rumah tangga, tentu bukan menjadi hal yang mudah untuk memegang peran ganda, yaitu mengurus rumah tangga dan juga menjalankan usaha.
Namun hal ini ternyata bukan hambatan bagi Lisda, ia justru makin semangat untuk dapat menata kehidupan keluarganya menjadi lebih baik dan sejahtera. Memulai usaha ternak ikan ini, bukan tanpa hambatan. Lisda mengalami pasang surut dalam menjalankan usahanya. Pernah di suatu saat, bibit ikannya mati karena suhu udara yang
panas. Hal ini mengakibatkan kerugian yang cukup besar bagi Lisda, bahkan ia pun terancam gulung tikar.
Beruntung, di tahun 2011 Lisda bertemu Amartha, sebuah perusahaan pionir peer to peer lending yang menghubungkan investor urban dengan para pelaku usaha kecil dan mikro. “Waktu itu saya dapat sosialisasi dari petugas Amartha, saya dan ibu-ibu di sini merasa terbantu dikasih modal untuk usaha,” ujar Lisda tentang pengalamannya saat bergabung bersama Amartha.
Dana tersebut Lisda gunakan untuk mengembangkan usahanya, membeli bibit dan membuat kolam. "Dulu, saat bibit ikan saya pada mati, saya pakai modal dari Amartha untuk membangun usaha lagi,” kata Lisda sambil senyum mengembang di wajahnya. Karena ketekunannya, ia berhasil meningkatkan kapasitas produksi.
Dengan modal Rp 3,6 juta per pekan, ia mendapat keuntungan rata-rata Rp 750 ribu per pekan. "Saya ingin bisa membeli tabung gas sendiri untuk usaha ikan ini," ujar Lisda saat ditanya mengenai harapannya.
Tak hanya itu, usaha ternak ikannya pun semakin berkembang. Hal ini karena, pada awal membuka usaha Lisda hanya beternak ikan lele, namun seiring bertambahnya modal ia lantas beternak ikan koi, ikan patin dan ikan gurame.
Kehidupan Lisda dan keluarga kini semakin sejahtera. Usaha ternak ikannya berjalan dengan lancar, membuat Lisda mampu mengalokasikan penghasilannya untuk kebutuhan lain, seperti tabungan pendidikan untuk buah hatinya, serta membangun MCK pribadi yang sebelumnya tak ia miliki.
Bukan hanya itu, ia juga mengganti lantai rumahnya dengan keramik, sehingga rumah terasa semakin nyaman dan bersih. Hal ini selaras dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Amartha pada akhir 2016 yang lalu. Amartha melakukan studi pada 400 pelaku usaha informal di wilayah Bogor dan Bandung. Data menunjukkan bahwa setelah mendapat pemodalan dan peningkatan pendapatan, partisipan yang menggunakan lantai tanah turun dari 25 persen menjadi 14 persen. Ini merupaka angka yang signifikan dalam menurunkan tingkat kemiskinan.