EKBIS.CO, MALANG -- Kementerian Pertanian terus berupaya mengoptimalkan program serapan gabah petani (Sergap) di wilayah Jawa Timur. Upaya tersebut guna merealisasikan target pengadaan gabah 2017 untuk mendukung stabilitas pangan nasional.
"Optimalisasi program Sergap ini kami awali dengan rapat koordinasi percepatan Sergap Jatim dengan tujuan untuk mempercepat target realisasi serapan gabah petani yang ada di kota atau kabupaten di wilayah Jatim," kata Kepala Pusat Pelatihan Pertanian Kementan, Dr Widi Harjono, di sela membuka Rakor Percepatan Sergap Provinsi Jatim, di Malang, Jatim, Selasa (24/10).
Menurutnya, saat ini masih ada sejumlah wilayah di Jatim yang capaiannya masih sangat minim, yakni Bondowoso, Madura, dan Surabaya Selatan. Sehingga harus terus dipacu agar dua bulan waktu yang tersisa sebelum akhir 2017 sudah tercapai.
Selain ada beberapa wilayah yang amsih minim serapan gabahnya, ada beberapa wilayah yang capaiannya sudah melebihi target. Yakni Bulog Divre Banyuwangi di atas 100 persen (127,3 persen) dan Divre Jember 128,2 persen, sedangkan Divre dan Subdivre lainnya di Jatim masih di bawah 100 persen.
Kendala yang dihadapi utnuk merealisasikan serapan gabah petani tersebut, kata dia, di antaranya banyak petani yang menjual beras daripada gabah. Karena nilai jualnya lebih tinggi serta kalah cepat dengan tengkulak atau pembelian gabah dengan harga di atas harga pembelian pemerintah (HPP).
"Kami bisa saja membeli gabah/beras di atas HPP (sesuai harga pasar) atau harga komersial, namun kalau kami membeli dengan harga komersial, harga di pasar akan cenderung 'berkejaran', bahkan naik signifikan. Kondisi ini yang harus kami hindari," ujarnya.
Sebab, lanjutnya, keberadaan Bulog, tidak hanya membeli (menyerap) gabah atau beras petani, tetapi sebagai penyeimbang (stabilisasi) harga beras di pasaran serta menjamin keamanan pangan nasional.
Sementara itu, Kepala Bulog Divre Jatim Muhammad Hasyim mengemukakan stok pangan untuk warga Jatim saat ini sangat aman. Yakni mencapai 258 ribu ton, sedangkan realisasi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, termasuk Rastra pada 2017 mencapai 41 ribu ton.