EKBIS.CO, JAKARTA -- Kementerian Pertanian telah sejak lama menerapkan padat karya untuk kepentingan para petani. Jaringan irigasi tersier hingga optimalisasi lahan selama ini menggunakan sistem padat karya swakelola.
"Dikerjakan petani sendiri," kata Plt Kepala Biro Humas Kementan Suwandi kepada Republika.co.id.
Pemerintah dalam optimalisasi lahan itu membantu paket uang sekitar Rp 2,2 juta per hektare untuk kemudian dikerjakan para petani. Uang tersebut digunakan untuk membeli bahan keperluan dan upah kerja bagi para petani.
"Itu uang ditransfer ke rekening kelompok tani," kata dia.
Begitu juga untuk rehabilitasi irigasi tersier. Pemerintah mengirim uang sebesar Rp 1,7 juta per hektare untuk membeli semen, bambu dan bahan lain untuk kemudian para petani bekerja bersama membangun irigasi.
Ia menambahkan, hampir seluruh kegiatan bantuan pemerintah ke petani dalam bentuk pemberdayaan padat karya dikerjakan petani. Dari setiap pengerjaan, Suwandi memastikan ada upah yang diterima para petani.
Untuk paket optimasi lahan di lokasi lahan rawa lebak dan pasang surut senilai Rp 4 juta per hektare. Sebab perlu adanya kanalisasi air. Pembangunan embung bahkan dibantu sekitar Rp 100 juta per unit.
"Ini juga padat karya petani, juga program pipanisasi air irigasi juga padat karya, sebagian uang untuk belanja bahan bahan, sebagian bisa untuk upah," kata dia.
Sebenarnya, ia melanjutkan, cetak sawah juga sebagian dikerjakan petani sendiri untuk pekerjaan yang ringan. Sedangkan pekerjaan berat dilakukan mesin dan dibantu Tentara Nasional Indonesia (TNI).