EKBIS.CO, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Rabu sore (1/11), bergerak melemah sebesar 51 poin menjadi Rp 13.614 dibandingkan sebelumnya pada posisi Rp 13.563 per dolar AS.
"Pelaku pasar sedang menantikan sejumlah data ekonomi Amerika Serikat serta konfirmasi kenaikan suku bunga AS. Ekspektasi membaiknya ekonomi AS serta terbukanya peluang kenaikan suku bunga mendorong dolar AS terapresiasi terhadap mayoritas mata uang dunia, termasuk rupiah," ujar analis dari PT Platon Niaga Berjangka, Lukman Leong, di Jakarta, Rabu (1/11).
Kendati demikian, menurut dia, tekanan rupiah terhadap dolar AS itu cendeung dalam jangka pendek mengingat faktor itu sudah diantisipasi pasar. Di sisi lain, dolar AS juga masih menunjukan tren penurunan. "Secara global, optimisme pertumbuhan ekonomi dunia terus membaik yang dapat mendorong mata uang selain dolar AS meningkat. Kondisi itu dapat menahan dolar AS," katanya.
Ia menambahkan, stabilitas ekonomi Indonesia yang cukup kondusif juga dapat menjaga stabilitas rupiah sehingga depresiasi yang terjadi diproyeksikan hanya bersifat sementara.
Sementara itu, Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan bahwa kandidat Ketua The Fed berikutnya diperkirakan Jerome Powell. Kendati Powell merupakan sosok dovish, tetapi dipercaya dapat mengelola kebijakan moneter Amerika Serikat dengan baik. "Harapan itu yang membuat dolar AS terapresiasi terhadap mayoritas mata uang dunia," katanya.
Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Rabu (1/11) mencatat nilai tukar rupiah bergerak melemah ke posisi Rp 13.592 dibandingkan posisi sebelumnya Rp 13.572 per dolar AS.