EKBIS.CO, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank bergerak menguat sebesar 73 poin menjadi Rp 13.479 dibandingkan sebelumnya pada posisi Rp 13.552 per dolar Amerika Serikat (AS).
"Harga minyak mentah dunia yang bertahan di atas level psikologis 50 dolar AS per barel menjadi salah satu faktor yang menopang mata uang berbasis komoditas seperti rupiah," ujar analis Danareksa Sekuritas Lucky Bayu Purnomo di Jakarta, Jumat (3/11).
Harga minyak jenis WTI Crude pada Jumat (3/11) sore ini menguat 0,53 persen ke level 54,83 dolar AS per barel, dan Brent Crude naik 0,41 persen menjadi 60,87 dolar AS per barel. Ia menambahkan sentimen mengenai Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang mengumumkan pencalonan Gubernur Federal Reserve Jerome Powell untuk menggantikan Janet Yellen yang masa jabatannya berakhir pada Februari 2018 turut menopang mata uang rupiah.
"Powell terlihat kurang 'hawkish' dalam kebijakan moneternya sehingga kenaikan suku bunga acuan tidak terlalu agresif," katanya.
Di sisi lain, kata dia, The Fed yang mempertahankan suku bunga acuan pada Rabu (1/11) turut menjaga fluktusi rupiah. Kendati demikian, terbukanya potensi kenaikan suku bunga AS pada Desember mendatang menahan apresiasi rupiahlebih tinggi.
Research Analyst FXTM, Lukman Otunuga menambahkan aktivitas ekonomi AS meningkat dengan laju yang baik, perangkat Fedwatch CME menunjukkan kenaikan ekspektasi peningkatan suku bunga di bulan Desember mendatang. Saat ini, kata dia, fokus pasar sedang tertuju pada laporan sektor tenaga kerja AS. Data yang menggembirakan dapat memperkuat ekspektasi kenaikan suku bunga di bulan Desember dan mengangkat kurs dolar AS.
Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Jumat (3/11) mencatat nilai tukar rupiah bergerak menguat ke posisi Rp 13.500 dibandingkan posisi sebelumnya Rp 13.562 per dolar AS