EKBIS.CO, JAKARTA -- Tidak hanya terjadi pada masyarakat menengah bawah, penurunan daya beli juga terjadi pada masyarakat kalangan atas. Padahal tingkat kepercayaan tinggi dan Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan dinilai bertambah.
Menanggapi hal itu, Ekonom Institute for Development of Economic and Finance (Indef) Bhima Yudhistira mengatakan, kalangan menengah atas kini cenderung menahan belanja. Mereka lebih memilih menyimpan uang tunai di bank karena beberapa faktor.
"Faktor pertama, ada kekhawatiran perekonomian terus menurun kinerjanya. Tutupnya ritel besar seperti Lotus, 7 Eleven, dan Debenhams membuat orang kaya ragu berinvestasi," jelas Bhima saat dihubungi Republika, Rabu, (8/11).
Selain itu, kata dia, dari hasil survei kepercayaan konsumen Bank Indonesia (BI), terlihat dalan jangka lima bulan ke depan menurun. Lalu faktor selanjutnya, semakin agresifnya pajak. "Hal ini membuat orang menengah atas tidak nyaman. Maka dibanding membeli aset properti, kendaraan mewah, atau jalan-jalan ke luar negeri, mereka lebih pilih menyimpan uangnya," tuturnya.
Bhima menegaskan, faktor berikutnya, terkait risiko tahun politik sehingga banyak yang bersikap 'wait and see'. "Kemungkinan setelah 2019 baru (masyarakat menengah atas) akan berinvestasi lagi," katanya.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani menyatakan akan mempelajari pola konsumsi masyarakat menengah atas. Pasalnya konsumsi rumah tangga secara keseluruhan hanya tumbuh 4,93 persen pada kuartal III 2017.