EKBIS.CO, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) mendorong pemerintah daerah (pemda) memberikan subsidi pengembangan infrastruktur gudang agar para pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) termasuk petani dapat memanfaatkan skema pembiayaan resi gudang.
"Ini sebagai alternatif pembiayaan bagi petani karena resi gudang dapat menjadi agunan pembiayaan kepada bank atau lembaga keuangan lainnya," kata Direktur Departemen Pengembangan UMKM BI Yunita Resmi Sari ketika memberikan pemaparan dalam pelatihan wartawan daerah di Jakarta, Selasa (21/11).
Yunita mengakui bahwa pelaku UMKM masih menemui kendala ketika menggunakan skema resi gudang di antaranya karena lokasi gudang yang jauh dari petani, fisik gudang yang tidak memadai hingga fasilitas penunjang yang masih minim. Untuk itu, pihaknya mengharapkan agar pemerintah daerah memberikan bantuan dalam bentuk sarana transportasi atau subsidi untuk membangun gudang yang tidak terpakai, termasuk rehabilitasi dan menambah "storage" atau penyimpanan dan mesin penggilingan beras.
Dengan begitu, optimalisasi skema pembiayaan resi gudang kepada pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) dari berbagai sektor potensial dapat dilakukan sehingga mereka mendapatkan kucuran dana. Menurut dia, bank sentral itu juga bersinergi dengan pemerintah daerah termasuk satuan kerja perangkat daerah (SKPD), perbankan, pengelola gudang dan petani untuk mendorong skema pembiayaan resi gudang kepada UMKM.
Yunita mendorong perbankan untuk memberikan kesempatan yang lebih luas kepada pelaku UMKM dan petani yang memanfaatkan skema pembiayaan resi gudang. Skema pembiayaan resi gudang merupakan salah satu upaya BI mendorong pencapaian kredit UMKM sesuai dengan kewajiban bank umum tahun ini memenuhi minimum rasio penyaluran kredit mencapai 15 persen.
Ia menjelaskan dari 115 bank umum, baru 71 bank umum di antaranya yang sudah mencapai rasio kredit 15 persen. Dari sisi sektor ekonomi, pangsa terbesar disalurkan kepada sektor perdagangan sebesar 51,6 persen. Namun pertumbuhan dicapai oleh sektor pertanian dan kehutanan, jasa kemasyarakatan dan insutri pengolahan.
Industri pertanian misalnya, lanjut dia, tumbuh mencapai 17 persen hingga periode September 2017. Sedangkan baki debet UMKM pada kuartal ketiga tahun 2017 tercatat sebesar Rp 904,3 triliun atau tumbuh 8,3 persen jika dibandingkan periode Desember 2016.