EKBIS.CO, JAKARTA -- Bayangkan Anda lelah sepulang kerja. Sampai di rumah, isinya berantakan bak kapal pecah. Piring kotor menumpuk di dapur. Tumpukan pakaian menggunung di sudut kamar. Energi Anda tidak lagi cukup untuk mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Jika sudah begini, layanan yang menawarkan jasa membereskan pekerjaan rumah tangga bisa Anda sewa.
Layanan jasa itu bisa dengan mudah ditemukan dalam telepon genggam. Salah satunya lewat penyedia layanan bersih-bersih rumah berbasis aplikasi daring. Pengguna layanan cukup menyediakan alat pembersih untuk mendapatkan tarif termurahnya sebesar Rp 35 ribu per jam. Jika tidak menyediakan alat pembersih, pengguna harus rela membayar hingga Rp 45 ribu per jam. Dengan tarif sebesar itu, layanan yang tersedia bersama aplikasi transportasi tersebut hanya membersihkan satu ruangan selama satu jam.
Jika menggunakan seluruh pilihan layanan dalam aplikasi yang terdiri atas menyetrika dan melipat baju, mencuci peralatan makan dan dapur, membersihkan lemari dan lemari es, serta kompor, waktu yang dibutuhkan setidaknya delapan jam. Seluruh layanan ini harus dibayar dari Rp 280 ribu hingga Rp 360 ribu. Dengan asumsi 22 hari kerja, setidaknya butuh biaya hingga Rp 6,1 juta untuk membereskan rumah dengan jasa layanan berbasis aplikasi sebulan. Layanan ini belum mencakup cuci baju yang hingga kini belum ditawarkan dalam aplikasi.
Untuk mencuci baju, layanan laundry (penatu) banyak ditawarkan pengusaha besar hingga skala rumah tangga. Jasa laundry kiloan rumahan di Ibu Kota mematok tarif di kisaran Rp 8.000 per kilogram. Tarif yang lebih mahal ditarik untuk mencuci baju jenis tertentu, yakni sekitar Rp 15 ribu per potong. Dengan memperhitungkan satu anggota keluarga menggunakan 5 kg pakaian dalam sepekan, tarif laundry sebulan mencapai Rp 160 ribu. Artinya, empat anggota keluarga memerlukan biaya laundry Rp 640 ribu dalam sebulan. Sehingga, untuk membersihkan rumah dan mencuci baju saja, setidaknya diperlukan Rp 6,7 juta dalam sebulan.
Bandingkan tarif tersebut dengan gaji pekerja rumah tangga (PRT) yang mengerjakan hampir semua pekerjaan rumah tangga. Selama ini, upah PRT tidak berstandar pada upah minimum regional/kota/kabupaten yang ditetapkan pemerintah. Temuan Purnama Sari Pelupessy dari lembaga pemerhati keadilan gender, Mitra Imadei, yang dituliskan dalam Jurnal Perempuan edisi 94 mengungkap upah setiap individu PRT berbeda.
Upah PRT bervariasi yang tidak ditentukan dari jam atau beban kerjanya. Besaran upah PRT ditentukan berdasarkan standar majikan. “Besarnya upah PRT bukan ditentukan karena majikan sadar akan kewajibannya untuk memberi upah layak, tetapi lebih pada kebaikan dan kemurahan hati,” ujarnya.
Pekerja rumah tangga yang bekerja lebih lama juga tidak mendapatkan tambahan upah. Survei Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) pada 2015 yang mewawancarai 500 PRT di lima kota menemukan mereka yang bekerja lebih lama justru upahnya lebih rendah. Pekerja rumah tangga yang bekerja delapan jam atau kurang dalam sehari mendapat upah di kisaran Rp 1,2 juta. Sedangkan, PRT yang bekerja lebih lama, 16 jam atau lebih, mendapatkan upah sebesar Rp 967 ribu. Temuan ini disampaikan dalam lokakarya tentang urgensi kebijakan perlindungan PRT pada 4 September 2017 di Hotel Sari Pan Pasific, Jakarta.
Upah untuk PRT diakui Koordinator Jaringan Nasional Advokasi Pekerja Rumah Tangga (Jala PRT), Lita Anggraini hanya di kisaran Rp 20-30 persen dari upah minimum regional (UMR). Itu artinya dengan UMR Jakarta 2017 sebesar Rp 3,3 juta per bulan, upah PRT hanya di kisaran Rp 660-990 ribu. Bahkan, berdasarkan temuan Jala PRT, masih ada PRT yang bekerja penuh waktu di Tangerang hanya menerima Rp 300-800 ribu per bulan.
Dengan memperhitungkan upah PRT rata-rata sekitar Rp 1 juta, ada selisih hingga Rp 5,7 juta saat membandingkannya dengan tarif layanan jasa aplikasi daring dan laundry selama sebulan. Jasa PRT yang tidak terhitung inilah yang dilihat Perkumpulan Perusahaan untuk Pemberdayaan Wanita di Indonesia atau Indonesia Business Coalition for Women Empowement (IBCWE) sebagai subsidi PRT kepada majikannya.
"Jadi alih-alih kelas majikan yang seolah-olah memberi sumber penghidupan kepada PRT, PRT juga punya andil dalam mendukung kehidupan majikan. Tidak hanya dalam jasa, tapi juga finansial dalam bentuk subsidi itu," kata Communications Specialist IBCWE, Suci Haryati. Hitung ulang upah PRT, berapa besar diskon biaya hidup yang Anda nikmati dari PRT?
Simak Laporan Lengkap tentang Pekerja Rumah Tangga:
Laporan 1. Menawar Diskon Biaya Hidup dari PRT
Laporan 2. PRT Bukan Pembantu
Laporan 3. Menunggu RUU Perlindungan PRT