EKBIS.CO, GRESIK -- Sedikit inovasi yang dilakukan Shodiq Pribadi menginsipirasi warga didusunnya untuk melakukan bisnis serupa. Bisnis yang ia pelopori itu bahkan kini jadi tulang punggung dusunnya.
Dusun Karang Asem, Desa Karangsemanding, Kecamatan Balongpanggang, Kabupaten Gresik dikenal sebagai dusun penghasil sangkar burung. Sangkar burung sebenarnya bukan hal baru, tapi dulu itu hanya dikerjakan sebagai sampingan.
Shodiq Pribadi jadi pionir industri sankar burung di Dusun Karang Asem. Shoqid berinovasi dengan menvariasikan bentuk sangkar yang semula bulat dan kaku menjadi kotak, ramping, dan berwarna-warni. Bahan dasar yang semula rotan pun ganti menjadi kayu jati. Shodiq coba mengikuti selera pasar agar produk-produknya diterima.
Mendobrak kebiasaan, Shodiq coba berbagi pengalaman dan ilmu kepada warga lain di dusunnya. Sebagian besar pengerajin sangkar burung di Dusun Karang Asem dulunya adalah anak buah Shodiq.
''Saya tidak khawatir tersaingi, justru bersyukur bisa membantu orang lain,'' ungkap Shodiq seperti didokumentasikan dalam Buku UKM Indonesia, Tumbuh dan Maju Bersama Semen Indonesia.
Ia menekankan kualitas produk agar pelanggan tidak kecewa. Kualitas produk Shodiq itu juga memang masyhur karena Shodiq langsung turun tangan mengawasi proses produksi. Bahan baku pun ia pilih dengan saksama. Ia bekerja sama dengan satu pabrik pengolahan kayu jati di Gresik. Limbah pabrik itu yang ia manfaatkan.
Bukan tanpa alasan kayu jati jadi pilihan. ''Kalau dari pabrik, kualitas kayu sudah pasti terjamin. Beda kalau galangan, bisa saja kayu jati muda yang dipotong,'' kata Shodiq.
Penyelesaian akhir produk juga masih manual. Tentu itu butuh waktu lebih panjang meski hasilnya memang lebih memuaskan. Karena itu, Shodiq tak berani ambil pesanan terlalu banyak.
Tempat produksi sangkar burung milik Shodiq sendiri mempekerjakan 20 karyawan. Itu saja masih kewalahan mengerjakan pesanan yang sudah dipesan dengan uang muka di depan.
Shodiq sudah punya ukuran standar, ada yang kecil, sedang, dan besar dengan harga Rp 175 ribu sampai Rp 400 ribu. Saat ada pesanan, Shodiq hanya perlu tanya untuk burung apa untuk menentukan ukuran sangkar yang akan ia buat. Ia bisa meraih omzet Rp 30 hingga Rp 35 juta per bulan.
Dalam sebulan, Shodiq bisa membuat 200 sangkar. Pasarnya pun meluas sampai Banyuwangi, Lumajang, Bali, dan Kalimantan selain di Surabaya dan Gresik sendiri. Ia bersyukur, usahanya yang kian berkembang membuatnya bisa membantu ekonomi keluarga. Kini ia sudah memiliki rumah dan kendaraan roda empat sendiri.
Shodiq sudah menjadi mitra binaan Semen Indonesia sejak 2012 lalu. Melalui akses permodalan Semen Indonesia, ketergantungan Shodiq dan sesama pengerajin sangkar burung lainnya terhadap pembiayaan dari bank dan koperasi bisa berkurang. Apalagi, bunganya tinggi sementara mereka tidak memiliki pilihan lain.
Ia sempat kaget dengan kemudahan akses pembiayaan yang dilakukan Semen Indonesia karena ia tak perlu punya agunan dan hanya perlu menyerahkan fotokopi identitas. Mendengaran kemudahan itu, pengerajin lain jadi tertarik jadi mitra binaan Semen Indonesia.