Senin 18 Dec 2017 13:57 WIB

Pemerintah Fokus Stok Pangan di Papua Barat Jelang Natal

Rep: Halimatus Sa'diyah/ Red: Nur Aini
Beras (ilustrasi)
Foto: Republika/Yasin Habibi
Beras (ilustrasi)

EKBIS.CO, MANOKWARI -- Kementerian Pertanian, melalui Badan Ketahanan Pangan (BKP), menggelar rapat koordinasi untuk mengamankan ketersediaan stok bahan pangan pokok jelang perayaan Natal dan Tahun Baru di Kantor Gubernur Papua Barat, di Manokwari, Senin (18/13). Provinsi Papua Barat merupakan salah satu daerah yang menjadi fokus pemerintah dalam penyediaan bahan pangan pokok jelang akhir tahun karena mayoritas penduduknya merayakan Natal.

Wakil Gubernur Papua Barat Mohamad Lakotani menyatakan, ketersediaan stok bahan pangan pokok dalam posisi yang aman dan hingga saat ini belum ada tanda-tanda gejolak kenaikan harga. Namun begitu, kata dia, pemerintah perlu melakukan langkah antisipatif demi menjaga kondisi tersebut.

"Rapat koordinasi seperti ini penting karena pemerintah bertanggung jawab memberikan kepastian sehingga masyarakat dalam menyongsong Natal bisa lebih tenang dalam beribadah," kata dia.

Kepala Sub Divre Bulog Papua Barat Muhammad Said mengatakan, pihaknya bersama Satgas Pangan telah mendatangi para distributor untuk mengecek stok bahan pangan strategis. Semua distributor, menurut dia, menyatakan ketersediaan bahan pangan cukup sampai tahun baru.

Berdasarkan pantauan Kementerian Pertanian, kondisi harga pangan di Papua Barat sepanjang 2017 relatif stabil. Kepala Bidang Distribusi BKP Kementerian Pertanian Liek Irianti mengatakan, beberapa harga komoditas pangan di tahun 2017 bahkan cenderung turun dibanding tahun 2016. Misalnya, bawang merah turun 1,95 persen, daging ayam ras 7,72 persen, terigu 3,98 persen, gula pasir 7,75 persen, dan telur ayam turun sekitar 15,4 persen.

Jika dilihat data bahan pangan pokok secara nasional pada Desember 2017, Liek mengatakan, ketersediaan komoditas pangan strategis juga relatif aman. Dari 11 komoditas pangan yang dipantau Kementerian Pertanian, hanya tiga komoditas yang mengalami defisit, yakni gula pasir, kedelai dan daging sapi.

Pemerintah memperkirakan kebutuhan gula pasir pada bulan ini akan mencapai 487,3 ribu ton. Sementara, perkiraan ketersediaan gula pasir hanya ada 142,7 ribu ton. "Gula pasir memang defisit, tapi kita masih bisa memenuhi kebutuhan dari carry over atau kelebihan produksi bulan sebelumnya," ucap Liek.

Sementara, untuk komoditas kedelai dan daging sapi, hingga kini Indonesia memang belum mampu memenuhi kebutuhan nasional dari produksi dalam negeri. Sehingga, pemerintah sudah mengantisipasi defisit tersebut dengan melakukan impor.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement