EKBIS.CO, JAKARTA -- Meski Indonesia telah memenangkan kasus biodiesel di Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) dari Uni Eropa (UE), bukan berarti Indonesia bisa bernafas lega. Sebab, kemenangan di WTO tersebut bukan suatu hal signifikan.
Ketua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Joko Supriyono mengatakan, biasanya Eropa tidak pernah berhenti untuk terus melakukan hambatan perdagangan. "Ini sudah terbukti dari dulu," kata dia kepada Republika.co.id, Ahad (28/1).
Sebab, masalah fundamentalnya adalah persaingan kepentingan, khususnya bisnis minyak nabati. Persaingan kepentingan tersebut diakui Joko bersifat abadi.
Sementara itu, dari aspek biodiesel, Eropa mempunyai kepentingan besar karena minyak rapeseed mereka.
Menurut dia, jika Eropa patuh pada putusan WTO tersebut, bisa menjadi peluang baik bagi Indonesia lantaran peluang masuknya biodiesel Indonesia ke Eropa.
Namun kenyataannya, dalam perundingan CEPA Indonesia-EU, Eropa masih enggan untuk memberi kejelasan soal sawit.
Pun, ia melihat adanya potensi tindakan Eropa untuk menghalangi masuknya biodiesel Indonesia termasuk ekspor Crude Palm Oil (CPO). "Nah itu buktinya Parlemen Eropa sudah bikin resolusi pelarangan biodiesel," ujar Joko.