Ahad 28 Jan 2018 23:25 WIB

Harga Beras Melonjak Indikasi Adanya Permainan Mafia

Indikasinya, harga beras turun padahal impor beras belum masuk ke Indonesia.

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Karta Raharja Ucu
Pekerja beristirahat di atas tumpukan karung beras di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta Timur, Jumat (19/1). Pemerintah bakal mengimpor beras sebanyak 500 ribu ton guna menambah pasokan beras nasional yang kini hanya tersisa dibawah satu juta ton beras sementara menurut Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) PBB negara seperti Indonesia harus mempunyai cadangan beras nasional berkisar 1,1 juta hingga 1,8 juta ton.
Foto: Sigid Kurniawan/Antara
Pekerja beristirahat di atas tumpukan karung beras di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta Timur, Jumat (19/1). Pemerintah bakal mengimpor beras sebanyak 500 ribu ton guna menambah pasokan beras nasional yang kini hanya tersisa dibawah satu juta ton beras sementara menurut Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) PBB negara seperti Indonesia harus mempunyai cadangan beras nasional berkisar 1,1 juta hingga 1,8 juta ton.

EKBIS.CO, JAKARTA -- Pro dan kontra impor beras masih terjadi. Pengamat politik Universitas Paramadina Hendri Satrio pun angkat bicara terkait kondisi riil lapangan. Menurutnya, lonjakan harga beras berapa waktu lalu memang lebih mengindikasikan adanya permainan importir atau mafia beras.

"Ini terbukti ketika saat panen tiba, harga beras kembali turun, padahal impor beras belum juga masuk ke Indonesia," katanya melalui siaran yang dikeluarkan Kementerian Pertanian.

Hendri melanjutkan, harga beras di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) saat ini mengalami penurunan sebesar Rp 200-Rp 300. Harga gabah pun turun hingga Rp 800 saat panen raya dan sebelum impor beras dari negara Thailand dan Vietnam masuk. Ia menegaskan, hal itu merupakan kurang hati-hatinya Kementerian Perdagangan (Kemendag) dalam memutuskan kebijakan impor beras.

Ia menilai kondisi tersebut seharusnya bisa dijelaskan Menteri Perdagang Enggarsito Lukita. Enggar pun harus mampu membangun komunikasi yang lancar dengan Bulog dan Kementan.

"Sekali-sekali perlulah juga Mendag turun ke lapangan melihat kondisi dan kesejahteraan para petani, sehingga tidak serta merta terlalu gampang mengeluarkan rekomendasi untuk melakukan impor," ujar dia.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement