EKBIS.CO, JAKARTA -- Badan Pangan dan Pertanian PBB (FAO) menyerahkan dokumen terkait strategi pengelolaan kesehatan hewan kelautan kepada Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Dokumen ini akan dijadikan sebagai kajian pengelolaan penyakit perikanan.
"Dokumen ini sangat penting dan merupakan kerja sama yang erat antara Ditjen Perikanan Budidaya KKP dan FAO," kata Perwakilan FAO Mark Smoulders, dalam acara diskusi di kantor KKP, Jakarta, Selasa (27/2).
Menurut Mark Smoulders, tidak hanya bentuk kolaborasi antara KKP dan FAO, namun kajian dalam dokumen tersebut juga melibatkan sektor swasta dan beragam pemda. Dengan demikian, lanjutnya, dokumen bertajuk "National Strategy on Aquatic Animal Health and Environment" itu merupakan hasil dari kemitraan yang komprehensif.
Penyerahan dokumen tersebut dilakukan Mark Smoulders sebagai perwakilan FAO kepada Sekretaris Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya KKP, Tri Hariyanto. Sebelumnya, Kementerian Pertanian bersama FAO menyasar empat wilayah sebagai proyek percontohan dalam mengendalikan penyakit menular zoonosis.
Dalam diskusi media di Jakarta, Rabu (7/2), National Technical Advisor untuk One Health dan Zoonosis Control FAO ECTAD Indonesia, Andri Jatikusumah, memaparkan keempat wilayah tersebut, yaitu Bengkalis (Riau), Ketapang (Kalimantan Barat), Boyolali (Jawa Tengah), dan Minahasa (Sulawesi Utara) yang merepresentasikan ancaman penyakit dan situasi masyarakat Indonesia.
"Sulawesi Utara memang banyak sekali risiko penyakit di sana, maka itu menjadi daerah 'pilot project'. Kami pilih area berdasarkan berbagai risiko dan infrastruktur kesehatan di sana, serta komitmen pemda sendiri untuk melanjutkan proyek ini," kata dia.
Ia menjelaskan pengendalian serta pencegahan zoonosis (penyakit yang bisa menular dari hewan ke manusia atau sebaliknya) dan penyakit menular baru (Emerging Infectious Disease/EID), di empat wilayah tersebut dilakukan dengan pendekatan "One Helath" bersama Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian.
Pendekatan "One Health" dilakukan dengan melibatkan tiga lintas sektor, yakni kesehatan masyarakat, kesehatan hewan, dan kesehatan lingkungan. Selain itu, FAO dan Kementan berupaya meningkatkan kapasitas petugas lapangan dalam pencegahan dan pengendalian zoonosis serta EID yang menjadi ancaman penyakit mematikan di Republik Indonesia.
"Peningkatan kapasitas kita lakukan untuk teman-teman di lapangan karena mereka yang pertama kali melakukan deteksi dan melakukan respons jika ada letupan atau kasus wabah," katanya.