Di Indonesia, bahan baku pulp dan kertas umumnya berasal dari kayu, baik kayu daun (hardwood) maupun kayu jarum (softwood), lantaran ketersediaannya melimpah. Meskipun demikian, penggunaan kayu secara terus-menerus bisa menimbulkan dampak buruk terkait perubahan iklim dan ekosistem. Karena itu, penggunaan serat non-kayu sebagai alternatif bahan baku kertas, selain terkait dampak buruk lingkungan, juga didasari oleh karakteristik serat non-kayu yang berbeda dengan serat kayu.
Istilah serat bundel adalah serat yang diperoleh dari tanaman-tanaman serat batang dan daun. Serat bundel yang diperoleh dari proses penyeratan tanaman penghasil serat alam memiliki potensi untuk digunakan pada berbagai jenis industri. Tanaman-tanaman penghasil serat bundel dari batang dan daun, di antaranya kenaf, rami, agave (sisal), abaka, jute, dan rosela.
Serat bundel dari beberapa tanaman tersebut dapat diperoleh menggunakan mesin dekortikator dan beberapa yang lain melalui proses perendaman untuk menghilangkan komponen non-serat. Komponen utama serat bundel terdiri dari selulosa sebagai komponen terbesar, lignin, dan hemiselulosa, sehingga biasa disebut sebagai serat lignoselulosa.
Karena telah berbentuk lajuran-lajuran bak benang, serat bundel dapat langsung dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan karung, matras, dan kerajinan tangan atau sebagai bahan baku industri, seperti industri komposit, geotekstil, tekstil, dan pulp kertas.
Bahan baku non-kayu yang biasa digunakan dan diteliti sebagai pulp dan kertas, antara lain bambu, ampas tebu, tandan kosong kelapa sawit, jerami, batang tanaman kapas, dan tanaman-tanaman penghasil serat batang dan daun.
Kelebihan serat bundel hasil proses penyeratan dibanding bahan baku non-kayu lainnya adalah komponen bukan seratnya jauh lebih rendah, sehingga proses produksi lebih efisien karena proses penghilangan komponen non-selulosa jauh lebih ringan.
Karakteristik menguntungkan lainnya dari serat bundel adalah memiliki serat panjang (lebih dari 2,1 mm). Beberapa hasil penelitian menunjukkan, serat abaka memiliki panjang serat 4,79-6,12 mm, serat kenaf 2,74-4,24 mm, serat rami 120-150 mm, dan serat agave 3,29-5,27 mm.
Meskipun tidak selalu memiliki hubungan linier antara panjang serat dan kekuatan kertas, serat yang panjang pada umumnya akan menghasilkan kertas yang lebih kuat karena titik tangkap terhadap gaya yang mengenainya akan semakin besar.
Kertas dengan kekuatan tarik, retak, dan sobek yang tinggi dibutuhkan untuk kertas-kertas khusus agar tidak mudah rusak dan tidak mudah dipalsukan. Beberapa jenis kertas khusus tersebut, antara lain kertas uang, materai, kertas cukai, dan kertas berharga lainnya. (Arini Hidayati Jamil/Balitbangtan)