EKBIS.CO, JAKARTA -- Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan menginginkan agar hasil teknis penelitian tentang mitigasi bahaya geologi, seperti gunung berapi dapat disosialisasikan luas kepada masyarakat. Dalam perjanjian kerja sama Mitigasi Bahaya Geologi dan Peningkatan Kapasitas Indonesia dan Pemerintah Perancis, di Kementerian ESDM Jakarta, Senin (26/3) Jonan menekankan hasil penelitian ilmiah dan teknis terkait pemantauan gunung berapi dan mitigasi geologi tersebut dapat diimplementasikan dalam sebuah rekomendasi atau sosialisasi kepada masyarakat.
"Bagaimana upaya kita menerjemahkan kajian teknis ini ke dalam sosialisasi pada masyarakat. Karena kita ketahui banyak masyarakat yang belum memahami tentang bencana vulkanis dan bahayanya seperti gempa bumi, erupsi dan sebagainya," kata Jonan.
Menurut dia, masyarakat khususnya yang tinggal di area yang jauh dari gunung berapi juga belum mengetahui isu-isu seputar bahaya geologis di Indonesia, seperti gunung berapi, erupsi, gempa bumi dan tsunami. Jonan menilai beberapa pemerintah daerah juga belum sepenuhnya sadar bahwa mitigasi atau tindakan pencegahan bahaya geologi harus dipersiapkan secara benar.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Badan Geologi ESDM, Rudy Suhendar, memaparkan Indonesia memiliki 127 gunung api yang aktif. Oleh sebab itu, kerja sama dengan Pemerintah Prancis pun dapat meningkatkan monitoring atau pemantauan gunung berapi di Indonesia.
"Kerja sama dengan Pemerintah Prancis salah satunya meningkatkan sistem monitoring gunung api di Indonesia karena mitigasi kuncinya adalah di pemantauan," kata Rudy.
Ada pun kegiatan bersama yang dilaksanakan dalam kerja sama Indonesia melalui Badan Geologi ESDM dan Pemerintah Perancis ini difokuskan pada gunung-gunung berapi di Maluku Utara dan Gunung Merapi. Kegiatan di Gunung Merapi lebih dititikberatkan pada konsolidasi database, pengalihan keterampilan teknis dan ilmiah dan integrasi data pada sistem pemantauan operasional.
Gunung api di kawasan Maluku Utara juga menjadi fokus baru dalam kerja sama ini. Melalui eksperimen inovatif di Gunung Ibu dan Dukono, serta pemasangan pertama jejaring GPS dan pengolah data di Gunung Gamalama.
Kerja sama juga mencakup pengembangan dan integrasi sarana analisis baru demi meningkatkan sistem pemantauan gunung berapi. Seperti yang sudah dikembangkan pada Gunung Merapi, demi penafsiran yang lebih tepat terhadap aktivitas gunung berapi. Selain di bidang sistem pemantauan, kegiatan lain akan menyangkut pelatihan dan mitigasi bahaya geologi di Indonesia