EKBIS.CO, JAKARTA -- Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani mengaku telah memprediksi rupiah akan mengalami tekanan yang cukup kuat. Ia memperkirakan pelemahan rupiah terhadap dolar AS akan terus terjadi sampai Juli mendatang.
Hariyadi menjelaskan, setidaknya ada tiga hal yang membuat nilai tukar rupiah terhadap dolar AS nyaris menyentuh angka Rp 14.000. Pertama, karena The Fed akan menaikkan suku bunganya. Kedua, perusahaan-perusahaan asing di Indonesia telah melakukan konversi deviden yang mereka dapatkan ke dalam mata uang negara masing-masing. Ketiga, nilai ekspor nasional tidak mengalami pertumbuhan yang signifikan. Sementara, impor bahan baku masih cukup dominan.
"Kita harus berhati-hati. Meski fundamental ekonomi kita kuat, tapi faktor global cukup dominan," ujar Hariyadi, di acara musyawarah nasional (Munas) Apindo di Jakarta, Selasa (24/4).
Kondisi pelemahan rupiah ini, kata Hariyadi, jelas memengaruhi dunia bisnis, terutama industri yang bahan bakunya masih bergantung pada impor, seperti industri petrokimia dan farmasi. Kendati begitu, ia menilai melemahnya nilai tukar rupiah juga memiliki sisi positif. Karena nilai dolar AS menguat, maka nilai ekspor juga akan meningkat. Kondisi tersebut, kata dia, seharusnya dimanfaatkan untuk menggenjot ekspor.
Karena itu, Hariyadi meminta pemerintah untuk memastikan tidak ada lagi hambatan ekspor, terutama di industri yang memiliki potensi ekspor besar seperti perikanan. "Boleh dibilang industri pengolahan ikan cukup lama bermasalah dengan aturan di Kementerian Kelautan dan Perikanan. Nah ini harus segera diselesaikan agar industrinya bisa support ekspor."