Selasa 08 May 2018 18:22 WIB

BTPN Syariah Melantai di Bursa

Saham BTPN Syariah ditetapkan seharga Rp 975 per lembar.

Rep: Binti Sholikah/ Red: Teguh Firmansyah
Direktur BEI Samsul Hidayat,  Komut BTPN Syariah Kemal Azis Stamboel, Dirut BTPN Jerry NG mewakili Pemegang Saham,  Direktur Utama BTPN Syariah Ratih Rachmawaty, Triputra Group mewakili Pemegang Saham Teddy P Rachmat dan Muhammad Faiz  dari Dewan Pengawas Syariah BTPN Syariah (dari kiri ke kanan) dalam peresmian IPO BTPN Syariah di lantai Bursa, Selasa (8/5)..
Foto: BTPN Syariah
Direktur BEI Samsul Hidayat, Komut BTPN Syariah Kemal Azis Stamboel, Dirut BTPN Jerry NG mewakili Pemegang Saham, Direktur Utama BTPN Syariah Ratih Rachmawaty, Triputra Group mewakili Pemegang Saham Teddy P Rachmat dan Muhammad Faiz dari Dewan Pengawas Syariah BTPN Syariah (dari kiri ke kanan) dalam peresmian IPO BTPN Syariah di lantai Bursa, Selasa (8/5)..

EKBIS.CO, JAKARTA -- PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Syariah Tbk (BTPN Syariah) resmi melakukan pencatatkan saham (listing) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (8/5). Emiten berkode saham BTPS tersebut menawarkan 770 juta lembar saham baru atau 10 persen dari modal yang ditempatkan dan disetor melalui Penawaran Umum Perdana Saham atau Initial Public Offering (IPO).

 

Perseroan juga telah melepas sebanyak 0,35 persen dari jumlah saham yang ditawarkan melalui IPO kepada karyawan melalui program Employee Stock Allocation (ESA).

Direktur Utama BTPN Syariah, Ratih Rachmawaty, mengatakan, pencatatan saham di BEI menjadi salah satu strategi perusahaan agar menjadikan bisnis lebih terbuka.

"Ini adalah yang pertama. Bank syariah yang go publik jadi chance investor. Masih sedikit bank syariah yang go publik. Jadi kita berikan opsi baru," kata Ratih di acara tersebut.

Ratih menjelaskan, saham BTPN Syariah ditetapkan seharga Rp 975 per lembar saham pada saat IPO. Dari proses IPO tersebut, perseroan meraih dana Rp 751 miliar sebelum dikurangi biaya emisi saham. Nominal tersebut sesuai dengan target perusahaan.

Masa penawaran umum dilakukan pada 27 April 2018 sampai 2 Mei 2018. Respon dari investor publik dinilai sangat positif. Hal itu terlihat dari saham BTPN Syariah mengalami kelebihan permintaan (oversubscribed) hingga 1,7 kali dari total saham yang ditawarkan atau senilai 1,31 miliar lembar saham dibandingkan dari 770 juta lembar saham yang ditawarkan.

"Melalui pencatatan ini, BTPN Syariah resmi melantai di Bursa Efek Indonesia. Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mengantarkan BTPN Syariah sampai ke titik ini, terutama kepada nasabah kami. Selanjutnya kami siap menjalankan bisnis secara lebih terbuka," ujar Ratih.

Ratih menyebutkan, dana yang diperoleh pada proses IPO tersebut akan digunakan untuk meningkatkan volume pembiayaan terhadap segmen nasabah prasejahtera produktif. Segmen tersebut telah menjadi fokus bisnis BTPN Syariah selama tujuh tahun terakhir."Penggunaannya 100 persen untuk pembiayaan kepada keluarga prasejahtera produktif," ujar Ratih.

Ratih menambahkan, BTPN Syariah memiliki visi menjadi bank syariah terbaik untuk keuangan inklusif dan mengubah hidup berjuta rakyat Indonesia. Karenanya, BTPN Syariah memiliki model bisnis yang fokus dan unik, yakni menyalurkan pembiayaan tanpa agunan kepada perempuan dari keluarga prasejahtera produktif.

 

Sebab, BTPN Syariah menyadari, nasabah prasejahtera produktif tidak hanya membutuhkan akses pembiayaan untuk meningkatkan taraf hidup, melainkan juga pelatihan dan pendampingan melalui Program Daya.

Fokus bisnis tersebut berdampak positif bagi kinerja perseroan. Hingga akhir Maret 2018, total aset BTPN Syariah mencapai Rp 9,5 triliun atau tumbuh 24,1 persen (yoy) dari periode yang sama tahun sebelumnya. Penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) mencapai Rp 6,7 triliun atau tumbuh 18,8 persen (yoy).

Sementara pembiayaan yang disalurkan tercatat mencapai Rp 6,2 triliun atau tumbuh 21,9 persen (yoy) dari periode yang sama tahun sebelumnya. Penyaluran pembiayaan dilakukan dengan tetap menjaga kualitas pembiayaan. Hal itu tercermin dari rasio pembiayaan bermasalah atau non performing financing (NPF) terjaga di level 1,67 persen. Porsi pembiayaan BTPN seluruhnya disalurkan kepada segmen usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).

"Alhamdulillah kinerja kami pada kuartal I 2018 di atas rata-rata industri. Sampai akhir tahun kami akan mengelola rasio DPK terhadap pembiayaan di kisaran 96-99 persen," ungkap Ratih.

Di sisi lain, tahun ini BTPN Syariah tidak mendapatkan suntikan modal dari perusahaan induk yakni BTPN. Tetapi, pemegang saham tidak ada indikasi meminta deviden. Sehingga seluruh keuntungan perusahaan dikembalikan sebagai kapital dan pengembangan investasi perusahaan.

Ratih berharap BTPN Syariah bisa menjadi perusahaan yang lebih baik lagi setelah terdaftar di BEI. "Mudah-mudahan kita siap menjadi perusahaan yang lebih terbuka BTPN Syariah," harapnya.

Dalam proses IPO tersebut, BTPN Syariah telah menunjuk PT Ciptadana Sekuritas Asia sebagai Penjamin Pelaksana Emisi Efek (Lead Underwriter). Direktur Utama PT Ciptadana Sekuritas Asia, Ferry Tanja, menyatakan banyak investor institusi maupun ritel yang berminat menjadi pemegang saham.

 

"Namun sampai pada saat penutupan penawaran umum pekan lalu, pembeli terbesarnya adalah institusi yang memiliki profil investasi jangka panjang," kata Ferry.

Sementara itu, dalam sambutannya, Direktur Penilaian Perusahaan Bursa Efek Indonesia, Samsul Hidayat, mengucapkan selamat kepada BTPN Syariah yang telah terdaftar di BEI.

 

Menurutnya, dengan menjadi perusahaan terbuka, artinya menambah perusahaan yang terdaftar dan bisa menjadi salah satu unit usaha di Indonesia yang bisa menjadi pilihan investor dalam berinvestasi. "Bagi BTPN Syariah ini langkah yang baik karena dari perusahaan tertutup menjadi perusahaan terbuka," ucap Samsul.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement