EKBIS.CO, JAKARTA -- Faktor musiman perayaan Idul Fitri diperkirakan dapat mendorong konsumsi rumah tangga. Sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi pada kuartal II 2018 lebih tinggi dibandingkan kuartal sebelumnya.
Ekonom Permata Bank, Josua Pardede, mengatakan, perputaran uang cenderung meningkat pada bulan yang bertepatan dengan Idul Fitri. Tren tersebut terlihat dari tahun ke tahun.
"Perputaran uang meningkat seiring dengan aktivitas pada Hari Raya dimana konsumsi masyarakat khususnya yang mudik ke kampung halaman cenderung akan meningkat," kata Josua saat dihubungi Republika.co.id, Selasa (19/6).
Dia menjelaskan, tren peningkatan perputaran uang tersebut tercermin dari data pengedaran uang, penggunaan uang kartal oleh masyarakat menunjukkan peningkatan sebagaimana tercermin pada meningkatnya berbagai indikator pengedaran uang. Antara lain jumlah uang beredar (UYD) dan net aliran uang kartal yang keluar dari Bank Indonesia ke perbankan dan masyarakat (net outflow).
Meski demikian, aliran uang kartal yang masuk dari perbankan/masyarakat ke Bank Indonesia diperkirakan cenderung akan kembali normal atau meningkat pada bulan berikutnya.
Faktor musiman Hari Raya juga diperkirakan akan mendorong sektor hotel dan restoran. Khususnya bagi daerah tujuan mudik serta tujuan wisata mengingat libur dan cuti bersama yang cukup panjang.
"Jadi secara keseluruhan, faktor musiman Idul Fitri diperkirakan akan mendongkrak laju pertumbuhan konsumsi rumah tangga," jelasnya.
Peningkatan konsumsi tersebut didorong oleh tunjangan hari raya (THR) menjelang Lebaran yang mendorong belanja masyarakat. Peningkatan laju konsumsi rumah tangga juga tercermin dari tren porsi pendapatan konsumen yang digunakan untuk konsumsi cenderung meningkat dibandingkan kuartal I yang lalu.
Selain faktor Idul Fitri, faktor musiman panen raya yang masuk pada kuartal II juga akan mendorong perekonomian khususnya sektor pertanian. "Jadi, secara keseluruhan pertumbuhan ekonomi pada kuartal kedua 2018 diperkirakan sekitar 5,15 - 5,2 persen, meningkat dari kuartal sebelumnya yang mencapai 5,06 persen," ungkapnya.