EKBIS.CO, BANDAR LAMPUNG – Harga telur ayam di pasar tradisional dan warung permukiman penduduk di Kota Bandar Lampung masih bertahan di harga Rp 28 ribu per kilogram (kg), Kamis (19/7). Pedagang tidak berani membeli telur dalam partai besar, karena takut merugi tatkala harga telur turun.
“Kalau sekarang masih Rp 28 ribu per kilogram, kami tidak banyak mengambil takut harganya tiba-tiba turun, lalu kami rugi,” kata Vivi (45 tahun), pemilik toko bahan pangan di Kemiling, Kota Bandar Lampung, Kamis (19/7).
Biasanya ia menyetok telur ayam dari agen untuk dagang sebanyak dua sampai tiga peti. Satu peti berkisar 80 kilogram hingga 100 kilogram. Sejak harga telur ayam meroket selepas Lebaran Idul Fitri 1439 H, ia hanya mengambil telur dari agen berkisar 20 kg sampai 30 kg.
Menurutnya, pembeli telur ayam sekarang berkurang karena harganya mahal. Biasanya konsumen membeli paling sedikit setengah kilogram, sejak harga naik, masyarakat membeli per biji itu pun tidak setiap hari.
Naiknya harga telur ayam yang merata hampir di seluruh provinsi di Indonesia, termasuk Lampung, membuat Polda Lampung melalui Satgas Pangan akan melakukan pengecekan faktor penyebab kenaikan harga telur.
Direktur Reserse Kriminal Khusus Polda Lampung Kombes Pol Aswan Sipayung menyatakan, jajarannya akan melakukan pengawasan di lapangan terkait harga telur meroket belakangan ini. Pihaknya akan berkoordinasi dengan jajaran terkait untuk melakukan pengawasan distribusi telur ayam di Lampung.
Ia mengatakan Satuan Tugas Pangan yang ada di polres dan polresta segera melakukan pengawasan di pasar, pengecer, dan agen telur untuk mencari penyebab harga bisa mahal. Selain itu, tim satgas pangan akan mengecek agen telur, produsen telur ayam, dan pola distribusinya.
Menurutnya, sebelum adanya pengawasan yang detail dari bawah, ia belum bisa memastikan kenaikan harga telur ayam belakangan disebabkan adanya tengkulak, atau permainan spekulan pangan di lapangan.
Baca: Operasi Pasar Dinilai tak Cukup Atasi Mahalnya Harga Telur